RSS

SAHABAT; PENA JIWA YANG TAK TERHAPUSKAN

“Hai anakku, jika engkau perlu berteman dengan orang-orang, maka bertemanlah dengan orang-orang yang apabila engkau melayaninya, ia pun melindungimu, dan jika berteman dengannya, ia menghiasimu. Jika engkau tidak mampu menggunkan hartamu, bertemanlah dengan orang yang apabila engkau berbuat baik kepadanya, ia pun membalasmu, dan jika engkau berbuat dosa, ia pun mencegahnya. Bertemanlah dengan seseorang yang apabila engkau meminta sesuatu darinya, ia pun memberimu, dan jika engkau diam, ia pun menyapamu. Dan jika engkau mengalami musibah, ia menolongmu. Bertemanlah dengan orang yang apabila engkau berkata, ia benarkan perkataanmu, dan apabila engkau hendak melakukan sesuatu, ia pun menasehatimu, dan jika kalian bertengkar, ia lebih mengutamakanmu”.

Ungkapan di atas merupakan wasiat dari Alqamah untuk putranya manakala menghendaki pertemanan dengan seseorang. Begitu selektif Alqamah berpesan kepada putranya, bukan berartti pilih-pilih terhadap teman, melainkan hal itu merupakan jalan ihtiyar untuk memperoleh teman (atau lebih tepatnya sahabat) dalam kehidupan ini dengan tanpa mengurangi kemanfaatan dan hikmah yang dapat diperoleh dari aktifitas persahabatan.

Persahabatan memiliki peranan penting dalam membentuk kepribadian seseorang. Maka tidak heran jika ada seseorang yang berasal dari keluarga yang baik tapi menjadi bejat, begitu pula sebaliknya. Hal itu membuktikan bahwa pergaulan dan persahabatan bisa mengukir dan mencetak karakter dan kepribadian seseorang. Oleh karena itu sebelum kita menjalin persahabatan dengan orang lain, maka harus mengenal kepribadian dan perangainya terlebih dahulu agar persahabatannya memberikan hasil dan guna bagi kita dalam mengarungi samudra kehidupan (BS, 2008: 72).

Membatasi pergaulan bukan berarti memberikan jurang pemisah diantara orang-orang tertentu, bukan pula pilih kasih kepada sesama, melainkan hal itu merupakan sikap ikhtiyath (berhati-hati) dalam bertindak dan bersikap dengan orang lain. Sehingga, tidak semua orang patut dijadikan teman, sebagaimana Nabi Muhammad Saw bersabda, “Manusia itu mengikuti kebiasaan temannya, maka hendaklah seseorang dari kamu melihat siapa yang akan dijadikan temannya”. Selektif dalam berteman atau bersahabat juga bukan merupakan sikap memberikan batasan-batasan atau aturan-aturan tertentu yang bersifat protect, melainkan memberikan sikap pergaulan yang proporsional sesuai dengan kebutuhan bersahabat.

Syech al Zarnuji menjelaskan di dalam memilih sahabat, sebaiknya pilihlah orang yang tekun, wara’, bertabiat lurus serta tanggap serta sedapat mungkin hindarilah orang yang malas, penganggur, pembual, suka berbuat onar dan suka memfitnah (Ta’lim al-Muta’alim: 29). Penjelasan ini juga bukan merupakan justifikasi untuk tidak bergaul secara mutlak dengan seseorang yang mempunyai karakter seperti di sebut di atas, melainkan memberikan porsi pergaulan yang proporsional dan efektif.

Dalam Risalah al-Qusyairiyah disebutkan bahwa ada tiga kategori sahabat, yaitu; orang lebih tinggi derajatnya, orang yang sama derajatnya, dan orang yang lebih derajatnya. Artinya, sahabat kita dalam kehidupan ini tidak akan lepas dari ketiga golongan tersebut. Maka dari itu bagaimana sikap kita yang baik dalam persahabatan dengan mereka?

Apabila orang yang kita jadikan sahabat memiliki derajat (strata sosial/ketakwaan) lebih tinggi, maka sikap kita harus berkhidmah. Apabila sederajat dengan kita, maka berusaha menilai baik segala yang ia tampakkan dan tidak menceritakan keburukannya. Apabila dia lebih rendah derajatnya dari kita, maka sikap kita harus berbelas kasih dan sayang padanya serta tidak boleh meremehkannya.

Hal ini menegaskan pula kepada sikap untuk saling memberikan manfaat kepada persahabatan yang telah terjalin, sehingga jalinan yang terukir tidak sebatas ornament kehidupan yang tanpa makna. Bukankah sahabat adalah pena jiwa yang tak terhapuskan.

Persahabatan diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur - disakiti, diperhatikan - dikecewakan, didengar - diabaikan, dibantu - ditolak, namun semua ini tidak pernah sengaja dilakukan dengan tujuan kebencian. Karena Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha pemeliharaan dari kesetiaan, tetapi bukan pada saat kita membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasih dari orang lain, tetapi justru ia berinisiatif memberikan dan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya.

Ingat; sahabat bukanlah MATEMATIKA yang bisa dihitung nilainya, bukan EKONOMI yang cuma mengharapkan materi, bukan pula PPKN yang menuntut hak/kewajiban, namun sahabat adalah SEJARAH yang bisa dikenang sepanjang jaman.

Ujung Ngalah, 02 Juni 2009
READ MORE -

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

BENARKAH TEMAN KITA ADALAH SAHABAT KITA?; Upaya selektif dan memahami secara proporsional dalam persahabatan

“Barang siapa Allah menghendaki kebaikan baginya, maka Allah memberi karunia seorang teman yang sholeh. Jika ia lupa, diingatkannya dan jika ia ingat, dibantunya”

Cluster Text
Persahabatan sering menyuguhkan beberapa cobaan, tetapi persahabatan sejati bisa mengatasi cobaan itu bahkan bertumbuh bersama karenanya. Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tetapi membutuhkan proses yang panjang seperti besi menajamkan besi, demikianlah sahabat menajamkan sahabatnya. Persahabatan diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur-disakiti, diperhatikan-dikecewakan, didengar-diabaikan, dibantu-ditolak, namun semua ini tidak pernah sengaja dilakukan dengan tujuan kebencian. Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan untuk menghindari perselisihan, justru karena kasihnya ia memberanikan diri menegur apa adanya. Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan ciuman, tetapi menyatakan apa yang amat menyakitkan dengan tujuan sahabatnya mau berubah.

Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha pemeliharaan dari kesetiaan, tetapi bukan pada saat kita membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasih dari orang lain, tetapi justru ia beriinisiatif memberikan dan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya. Kerinduannya adalah menjadi bagian dari kehidupan sahabatnya, karena tidak ada persahabatan yang diawali dengan sikap egoistis (http://www.gsn-soeki.com/wouw/terbaru.php)

Focus Opinion
Dalam karya monumentalnya “Ihya’ Ulumuddin”, Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa, ketika ikatan persahabatan (persaudaraan) atau dalam bahasa penulis adalah “perseduluran” adalah seperti ikatan pernikahan antara suami istri. Apabila persaudaraan berlangsung, maka hal itu menimbulkan hak-hak atasmu dalam harta dan jiwa, lisan dan hati dengan maaf dan do’a, keikhlasan, kesetiaan dan tidak memaksa diri. Sehingga, beliau membaginya ke dalam lima hak persahabatan atau persaudaraan, yaitu sebagai berikut:

Pertama, mengenai harta. Paling sedikit adalah seperti budakmu sehingga urusannya menjadi tugasmu dan pertengahannya seperti engkau, karena persaudaraan menimbulkan persekutuan dan persamaan, sedangkan setinggi-tingginya adalah engkau lebih mengutamkannya sehingga engkau korbankan urusan dirimu supaya keadaannya menjadi teratur. Seperti yang disebutkan dalam atsar, Rasulullah Saw bersabda; tidaklah dua orang bersahabat, melainkan yang paling dicintai Allah Swt adalah yang paling lemah lembut kepada sahabatnya.

Kedua, menolong temannya dalam memenuhi kebutuhan dan mengerjakannya sebelum diminta. Hal ini mempunyai derajat-derajat yang menyamai derajat harta seperti dalam ketiga kedudukannya.

Ketiga, jangan engkau menghadapinya dengan sesuatu yang tidak disukainya. As-Syafi’I ra berkata, tidak seorang muslim pun yang taat kepada Allah tanpa mendurhakai-Nya, maka barang siapa yang ketaatannya lebih menonjol daripada maksiatnya, iapun adil.

Keempat, menyampaikan pujian yang disukainya tanpa keluar dari kebenaran. Hal itu disebabkan ucapan tersebut menambahkan kecintaan. Artinya, pujian ini dialamatkan untuk sahabat dengan tanpa kepalsuan atau dibuat-buat dengan maksud untuk sekedar beretorika menyenangkan, melainkan pujian itu dialamatkan sesuai dengan kenyataan yang terjadi dengan tanpa keluar dari kebenaran.

Kelima, kesetiaan dan keikhlasan, yaitu dengan selalu mencintai sahabat atau saudaranya sampai mati dan mencintai anak-anak serta teman-temannya sesudah matinya. Ketahuilah bahwa kesetiaan yang baik itu termasuk iman dan pengamalan ajaran agama.

Sehinnga dari wacana di atas, apa yang kita alami demi teman, sahabat atau saudara kadang-kadang melelahkan dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan mempunyai nilai yang indah dan selalu dikenang.

Finally Expose
Sahabat, mengerti ketika kamu berkata “aku lupa…”. Menunggu selamanya ketika kamu berkata “tunggu sebentar”. Tetap tinggal ketika kamu berkata “tinggalkan aku sendiri”. Membuka pintu meski kamu belum mengetuk dan belum berkata “bolehkah saya masuk?”.

Karena cinta sahabat yang sebenarnya adalah ketika dia menitikkan air mata dan masih peduli terhadapmu, adalah ketika kamu tidak mempedulikannya dan dia masih menunggumu dengan setia. Adalah ketika kamu mulai mencintai orang lain dan dia masih bisa tersenyum dan berkata “aku turut berbahagia untukmu”.

Kalau begitu, benarkah selama ini teman-teman kita adalah sahabat kita?

Ujung Ngalah, 01 Juni 2009.
READ MORE -

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

POTENSI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN DI KELAS

PENDAHULUAN
Teknologi Komunikasi Dan Informasi Dalam Pendidikan
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran. Menurut Rosenberg (2001), dengan berkembangnya penggunaan TIK ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu:
1. dari pelatihan ke penampilan,
2. dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja,
3. dari kertas ke “on line” atau saluran,
4. fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja,
5. dari waktu siklus ke waktu nyata.
Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dsb. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut. Guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa. Demikian pula siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan komputer atau internet. Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya apa yang disebut “cyber teaching” atau pengajaran maya, yaitu suatu proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan internet.
Istilah lain yang makin poluper saat ini ialah e-learning, yaitu satu model pembelajaran dengan menggunakan media teknologi komunikasi dan informasi, khususnya internet. Menurut Rosenberg (2001; 28), e-learning merupakan satu penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang belandaskan tiga kriteria, yaitu:
1. E-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi,
2. Pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan menggunakan teknologi internet yang standar,
3. Memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di balik paradigma pembelajaran tradisional.

PEMBAHASAN
Saat ini e-learning telah berkembang dalam berbagai model pembelajaran yang berbasis TIK seperti: CBT (Computer Based Training), CBI (Computer Based Instruction), Distance Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning Environment), Desktop Videoconferencing, ILS (Integrated Learning Syatem), LCC (Learner-Cemterted Classroom), Teleconferencing, WBT (Web-Based Training), dsb. Satu bentuk produk TIK adalah internet yang berkembang pesat di penghujung abad 20 dan di ambang abad 21. Kehadirannya telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap kehidupan umat manusia dalam berbagai aspek dan dimensi. Internet merupakan salah satu instrumen dalam era globalisasi yang telah menjadikan dunia ini menjadi transparan dan terhubungkan dengan sangat mudah dan cepat tanpa mengenal batas-batas kewilayahan atau kebangsaan.
Melalui internet setiap orang dapat mengakses ke dunia global untuk memperoleh informasi dalam berbagai bidang dan pada glirannya akan memberikan pengaruh dalam keseluruhan perilakunya. Dalam kurun waktu yang amat cepat beberapa dasawarsa terakhir telah terjadi revolusi internet di berbagai negara serta penggunaannya dalam berbagai bidang kehidupan. Keberadaan internet pada masa kini sudah merupakan satu kebutuhan pokok manusia modern dalam menghadapi berbagai tantangan perkembangan global. Kondisi ini sudah tentu akan memberikan dampak terhadap corak dan pola-pola kehidupan umat manusia secara keseluruhan. Dalam kaitan ini, setiap orang atau bangsa yang ingin lestari dalam menghadapi tantangan global, perlu meningkatkan kualitas dirinya untuk beradaptasi dengan tuntutan yang berkembang. TIK telah mengubah wajah pembelajaran yang berbeda dengan proses pembelajaran tradisional yang ditandai dengan interaksi tatap muka antara guru dengan siswa baik di kelas maupun di luar kelas.
Di masa-masa mendatang, arus informasi akan makin meningkat melalui jaringan internet yang bersifat global di seluruh dunia dan menuntut siapapun untuk beradaptasi. Dengan kondisi yang demikian, maka pendidikan khususnya proses pembelajaran cepat atau lambat tidak dapat terlepas dari keberadaan komputer dan internet sebagai alat bantu utama. Majalah Asia week terbitan 20-27 Agustus 1999 telah menurunkan tulisan-tulisan dalam tema "Asia in the New Millenium" yang memberikan gambaran berbagai kecenderungan perkembangan yang akan terjadi di Asia dalam berbagai aspek seperti ekonomi, politik, agama, sosial, budaya, kesehatan, pendidikan, dan lain sebagainya, termasuk di dalamnya pengaruh revolusi internet dalam berbagai dimensi kehidupan.
Salah satu tulisan yang berkenaan dengan dunia pendidikan disampaikan oleh Robin Paul Ajjelo dengan judul "Rebooting:The Mind Starts at School". Dalam tulisan tersebut dikemukakan bahwa ruang kelas di era millenium yang akan datang akan jauh berbeda dengan ruang kelas seperti sekarang ini, yaitu dalam bentuk seperti laboratorium komputer di mana tidak terdapat lagi format anak duduk di bangku dan guru berada di depan kelas. Ruang kelas di masa yang akan datang disebut sebagai "cyber classroom" atau "ruang kelas maya" sebagai tempat anak-anak melakukan aktivitas pembelajaran secara individual maupun kelompok dengan pola belajar yang disebut "interactive learning" atau pembelajaran interaktif melalui komputer dan internet. Anak-anak berhadapan dengan komputer dan melakukan aktivitas pembelajaran secara interaktif melalui jaringan internet untuk memperoleh materi belajar dari berbagai sumber belajar. Anak akan melakukan kegiatan belajar yang sesuai dengan kondisi kemampuan individualnya, sehingga anak yang lambat atau cepat akan memperoleh pelayanan pembelajaran yang sesuai dengan dirinya.
Kurikulum dikembangkan sedemikian rupa dalam bentuk yang lebih kenyal atau lunak dan fleksibel sesuai dengan kondisi lingkungan dan kondisi anak sehingga memberikan peluang untuk terjadinya proses pembelajaran maju berkelanjutan baik dalam dimensi waktu maupun ruang dan materi. Dalam situasi seperti ini, guru bertindak sebagai fasilitator pembelajaran sesuai dengan peran-peran sebagaimana dikemukakan di atas. Dalam tulisan itu, secara ilustratif disebutkan bahwa di masa-masa mendatang isi tas anak sekolah bukan lagi buku-buku dan alat tulis seperti sekarang ini, akan tetapi berupa: komputer notebook dengan akses internet tanpa kabel, yang bermuatan materi-materi belajar yang berupa bahan bacaan, materi untuk dilihat atau didengar, dan dilengkapi dengan kamera digital serta perekam suara, Jam tangan yang dilengkapi dengan data pribadi, uang elektronik, kode sekuriti untuk masuk rumah, kalkulator, dsb. Videophone bentuk saku dengan perangkat lunak, akses internet, permainan, musik, dan TV, alat-alat musik, alat olah raga, dan bingkisan untuk makan siang. Hal itu menunjukkan bahwa segala kelengkapan anak sekolah di masa itu nanti berupa perlengkapan yang bernuansa internet sebagai alat bantu belajar.
Meskipun teknologi informasi komunikasi dalam bentuk komputer dan internet telah terbukti banyak menunjang proses pembelajaran anak secara lebih efektif dan produktif, namun di sisi lain masih banyak kelemahan dan kekurangan. Dari sisi kegairahan kadang-kadang anak-anak lebih bergairah dengan internetnya itu sendiri dibandingkan dengan materi yang dipelajari. Dapat juga terjadi proses pembelajaran yang terlalu bersifat individual sehingga mengurangi pembelajaran yang bersifat sosial.
Dari aspek informasi yang diperoleh, tidak terjamin adanya ketepatan informasi dari internet sehingga sangat berbahaya kalau anak kurang memiliki sikap kritis terhadap informasi yang diperoleh. Bagi anak-anak sekolah dasar penggunaan internet yang kurang proporsional dapat mengabaikan peningkatan kemampuan yang bersifat manual seperti menulis tangan, menggambar, berhitung, dsb. Dalam hubungan ini guru perlu memiliki kemampuan dalam mengelola kegiatan pembelajaran secara proporsional dan demikian pula perlunya kerjasama yang baik dengan orang tua untuk membimbing anak-anak belajar di rumah masing-masing.

Pergeseran pandangan tentang pembelajaran
Untuk dapat memanfaatkan TIK dalam memperbaiki mutu pembelajaran, ada tiga hal yang harus diwujudkan yaitu 1. siswa dan guru harus memiliki akses kepada teknologi digital dan internet dalam kelas, sekolah, dan lembaga pendidikan guru, 2. harus tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural bagi siswa dan guru, dan 3. guru harus memilikio pengetahuan dan ketrampilan dalam menggunakan alat-alat dan sumber-sumber digital untuk membantu siswa agar mencaqpai standar akademik. Sejalan dengan pesatnya perkembangan TIK, maka telah terjadi pergeseran pandangan tentang pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. Dalam pandangan tradisional di masa lalu (dan masih ada pada masa sekarang), proses pembelajaran dipandang sebagai: 1. sesuatu yang sulit dan berat, 2. upaya mengisi kekurangan siswa, 3. satu proses transfer dan penerimaan informasi, 4. proses individual atau soliter, 5. kegiatan yang dilakukan dengan menjabarkan materi pelajaran kepada satuan-satuan kecil dan terisolasi, 6. suatu proses linear.
Sejalan dengan perkembangan TIK telah terjadi perubahan pandangan mengenai pembelajaran, yaitu pembelajaran sebagai:
1. Proses alami,
2. Proses sosial,
3. Proses aktif dan pasif,
4. Proses linear dan atau tidak linear,
5. Proses yang berlangsung integratif dan kontekstual,
6. Aktivitas yang berbasis pada model kekuatan, kecakapan, minat, dan kulktur siswa, 7. Aktivitas yang dinilai berdasarkan pemenuhan tugas, perolehan hasil, dan pemecahan masalah nyata baik individual maupun kelompok. Hal itu telah mengubah peran guru dan siswa dalam pembelajaran.

Peran Guru
Peran guru telah berubah dari:
1. Sebagai penyampai pengetahuan, sumber utama informasi, akhli materi, dan sumber segala jawaban, menjadi sebagai fasilitator pembelajaran, pelatih, kolaborator, navigator pengetahuan, dan mitra belajar;
2. Dari mengendalikan dan mengarahkan semua aspek pembelajaran, menjadi lebih banyak memberikan alternatif dan tanggung jawab kepada setiap siswa dalam proses pembelajaran.
Sementara itu peran siswa dalam pembelajaran telah mengalami perubahan yaitu:
1. Dari penerima informasi yang pasif menjadi partisipan aktif dalam proses pembelajaran,
2. Dari mengungkapkan kembali pengetahuan menjadi menghasilkan dan berbagai pengetahuan,
3. Dari pembelajaran sebagai aktiivitas individual (soliter) menjadi pembelajaran berkolaboratif dengan siswa lain. Lingkungan pembelajaran di masa lalu yang berpusat pada guru telah bergesar menjadi berpusat pada siswa. Secara rinci dapat digambarkan sebagai berikut:
Lingkungan Berpusat pada guru. Berpusat pada siswa. Aktivitas kelas. Guru sebagai sentral dan bersifat didaktis. Siswa sebagai sentral dan bersifat interaktif. Peran guru menyampaikan fakta-fakta guru sebagai ahli Kolaboratif. kadang-kadang siswa sebagai ahli. Penekanan pengajaran mengingat fakta-fakta hubungan antara informasi dan temuan konsep pengetahuan. Akumulasi fakta secara kuantitas. Transformasi fakta-fakta. Penampilan keberhasilan. Penilaian acuan norma. Kuantitas pemahaman. Penilaian acuan patokan. Penilaian Soal-soal pilihan berganda. Protofolio, pemecahan masalah, dan penampilan. Penggunaan teknologi. Latihan dan praktek Komunikasi, akses, kolaborasi, ekspresi.

Kreativitas Dan Kemandirian Belajar
Dengan memperhatikan pengalaman beberapa negara sebagaimana dikemukakan di atas, jelas sekali TIK mempunyai pengaruh yang cukup berarti terhadap proses dan hasil pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. TIK telah memungkinkan terjadinya individuasi, akselerasi, pengayaan, perluasan, efektivitas dan produktivitas pembelajaran yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas pendidikan sebagai infrastruktur pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan.
Melalui penggunaan TIK setiap siswa akan terangsang untuk belajar maju berkelanjutan sesuai dengan potensi dan kecakapan yang dimilikinya. Pembelajaran dengan menggunakan TIK menuntut kreativitas dan kemandirian diri sehingga memungkinkan mengembangkan semua potensi yang dimilikinya. Dalam menghadapi tantangan kehidupan modern di abad 21 ini kreativitas dan kemandirian sangat diperlukan untuk mampu beradaptasi dengan berbagai tuntutan. Kreativitas sangat diperlukan dalam hidup ini dengan beberapa alasan antara lain: pertama, kreativitas memberikan peluang bagi individu untuk mengaktualisasikan dirinya, kedua, kreativitas memungkinkan orang dapat menemukan berbagai alternatif dalam pemecahan masalah, ketiga, kreativitas dapat memberikan kepuasan hidup, dan keempat, kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Dari segi kognitifnya, kreativitas merupakan kemampuan berfikir yang memiliki kelancaran, keluwesan, keaslian, dan perincian. Sedangkan dari segi afektifnya kreativitas ditandai dengan motivasi yang kuat, rasa ingin tahu, tertarik dengan tugas majemuk, berani menghadapi resiko, tidak mudah putus asa, menghargai keindahan, memiliki rasa humor, selalu ingin mencari pengalaman baru, menghargai diri sendiri dan orang lain, dsb.
Karya-karya kreatif ditandai dengan orisinalitas, memiliki nilai, dapat ditransformasikan, dan dapat dikondensasikan. Selanjutnya kemandirian sangat diperlukan dalam kehidupan yang penuh tantangan ini sebab kemandirian merupakan kunci utama bagi individu untuk mampu mengarahkan dirinya ke arah tujuan dalam kehidupannya. Kemandirian didukung dengan kualitas pribadi yang ditandai dengan penguasaan kompetensi tertentu, konsistensi terhadap pendiriannya, kreatif dalam berfikir dan bertindak, mampu mengendalikan dirinya, dan memiliki komitmen yang kuat terhadap berbagai hal.
Dengan memperhatikan ciri-ciri kreativitas dan kemandirian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa TIK memberikan peluang untuk berkembangnya kreativitas dan kemandirian siswa. Pembelajaran dengan dukungan TIK memungkinkan dapat menghasilkan karya-karya baru yang orsinil, memiliki nilai yang tinggi, dan dapat dikembangkan lebih jauh untuk kepentingan yang lebih bermakna. Melalui TIK siswa akan memperoleh berbagai informasi dalam lingkup yang lebih luas dan mendalam sehingga meningkatkan wawasannya. Hal ini merupakan rangsangan yang kondusif bagi berkembangnya kemandirian anak terutama dalam hal pengembangan kompetensi, kreativitas, kendali diri, konsistensi, dan komitmennya baik terhadap diri sendiri maupun terhadap pihak lain.

Peran guru
Semua hal itu tidak akan terjadi dengan sendirinya karena setiap siswa memiliki kondisi yang berbeda antara satu dengan lainnya. Siswa memerlukan bimbingan baik dari guru maupun dari orang tuanya dalam melakukan proses pembelajaran dengan dukungan TIK. Dalam kaitan ini guru memegang peran yang amat penting dan harus menguasai seluk beluk TIK dan yang lebih penting lagi adalah kemampuan memfasilitasi pembelajaran anak secara efektif. Peran guru sebagai pemberi informasi harus bergeser menjadi manajer pembelajaran dengan sejumlah peran-peran tertentu, karena guru bukan satu-satunya sumber informasi melainkan hanya salah satu sumber informasi. Dalam bukunya yang berjudul “Reinventing Education”, Louis V. Gerstmer, Jr. dkk (1995), menyatakan bahwa di masa-masa mendatang peran-peran guru mengalami perluasan yaitu guru sebagai: pelatih (coaches), konselor, manajer pembelajaran, partisipan, pemimpin, pembelajar, dan pengarang.

KESIMPULAN
Sebagai pelatih (coaches), guru harus memberikan peluang yang sebesar-besarnya bagi siswa untuk mengembangkan cara-cara pembelajarannya sendiri sesuai dengan kondisi masing-masing. Guru hanya memberikan prinsip-prinsip dasarnya saja dan tidak memberikan satu cara yang mutlak. Hal ini merupakan analogi dalam bidang olah raga, di mana pelatih hanya memberikan petunjuk dasar-dasar permainan, sementara dalam permainan itu sendiri para pemain akan mengembangkan kiat-kiatnya sesuai dengan kemampuan dan kondisi yang ada.
Sebagai konselor, guru harus mampu menciptakan satu situasi interaksi belajar-mengajar, di mana siswa melakukan perilaku pembelajaran dalam suasana psikologis yang kondusif dan tidak ada jarak yang kaku dengan guru. Disamping itu, guru diharapkan mampu memahami kondisi setiap siswa dan membantunya ke arah perkembangan optimal.
Sebagai manajer pembelajaran, guru memiliki kemandirian dan otonomi yang seluas-luasnya dalam mengelola keseluruhan kegiatan belajarmengajar dengan mendinamiskan seluruh sumber-sumber penunjang pembelajaran.
Sebagai partisipan, guru tidak hanya berperilaku mengajar akan tetapi juga berperilaku belajar dari interaksinya dengan siswa. Hal ini mengandung makna bahwa guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi anak, akan tetapi ia sebagai fasilitator pembelajaran siswa.
Sebagai pemimpin, diharapkan guru mampu menjadi seseorang yang mampu menggerakkan orang lain untuk mewujudkan perilaku menuju tujuan bersama. Disamping sebagai pengajar, guru harus mendapat kesempatan untuk mewujudkan dirinya sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam berbagai kegiatan lain di luiar mengajar.
Sebagai pembelajar, guru harus secara terus menerus belajar dalam rangka menyegarkan kompetensinya serta meningkatkan kualitas profesionalnya.
Sebagai pengarang, guru harus selalu kreatif dan inovatif menghasilkan berbagai karya yang akan digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas profesionalnya. Guru yang mandiri bukan sebagai tukang atau teknisi yang harus mengikuti satu buku petunjuk yang baku, melainkan sebagai tenaga yang kreatif yang mampu menghasilkan berbagai karya inovatif dalam bidangnya. Hal itu harus didukung oleh daya abstraksi dan komitmen yang tinggi sebagai basis kualitas profesionaliemenya.

DAFTAR PUSTAKA
Triyadi. 2006. Teknologi dan Komunikasi. Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Sulistyo, Basuki. 1994. Periodesasi Perpustakaan Indonesia. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Ghozali, Imam, 2004, Model Persamaan StrukturalKonsep dan Aplikasi dengan program AMOS Ver.5.0 Semarang, Badan Penerbit Universitas Dipenegoro.
Hersey, Paul and Blanchard, Ken, 1996, Manajemen Perilaku Organisasi, Pendayagunaan Sumber Daya Manusia Edsisi Bahasa Indonesia, Jakarta, Penerbit Erlangga.
A.G. Lunandi (1992). Komunikasi Mengena. Meningkatkan Efektivitas Komunikasi Antar Yogyakarta. Kanisius, Enrich, Eugane dan Hawes Gene, R. (2004).
Speak For Success. Edisi Bahasa Indoensia. Semarang. Dahara Prize.
Mulyana, Deddy (2000). Ilmu Komunikasi. Suatu Pengantar. Bandung. Rosda.
Pace r. Wayne & Paules Don, F (1994). Komunikasi Organisasi. Edisi Bahasa Indonesia. Bandung. PT. Rosda.
Panton, Fergus dan Ludlow Ron (2000). The Esserce of Effective Communication. Edisi Bahasa Indonesia. Yogyakarta. Penerbit Andi dan Pearson Education Asia Pte. Ltd.
Rakhmat, Jalaluddin (1991). Psikologi Komunikasi. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.
Suryadi, Edi (1985). Pengaruh Komunikasi Anak Dengan Orang dan Guru Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif. Tesis. Bandung. Unpad.
Uchjana Effendi, Onong (1993). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung. PT. Citra Aditya Bakti.
Tierney, Elizabeth (1998). 101 Cara Berkomunikasi Lebih Efektif. Edisi Bahasa Indoensia. Jakarta PT. Elex Media Komputindo. Kelompok Gramedia.
Yadin, Daniel, L. (1999). Creating Effective Marketing Communications. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta. Pt. Gramedia Pustaka Utama.

________________________________
*Oleh:
Hamzah
Mahasiswa Univ. Yudharta Pasuruan
READ MORE -

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS