RSS

7 Langkah Mudah Memulai Bisnis

Banyak orang yang takut memulai bisnis karena beranggapan bahwa bisnis itu perlu modal yang besar, ruang yang luas, dan harus menyediakan lokasi khusus untuk tempat usaha. Padahal sebetulnya, bisnis bisa dijalankan dari mana saja. Bahkan Anda tetap bisa mendatangkan uang sambil tetap bekerja sebagai karyawan.

Membuat bisnis itu artinya kita harus siap-siap gagal. Dan ketika bisnis itu gagal, telan semua pahitnya, dan jangan menyerah. Selain pengalaman akan bertambah banyak karena menjalankan bisnis sendiri, Anda pun akan lebih kreatif, ulet, tahan banting, dan bertanggung jawab.

Banyak pengusaha yang memulai bisnisnya dari hobi atau kegiatannya di waktu senggang. Simak tujuh cara mudah memulai bisnis di bawah ini:

1. Lakukan hal yang disukai
Keberhasilan Anda tergantung seberapa besar Anda mencurahkan hati terhadap bisnis tersebut. Jika Anda melakukan hal yang disukai, hasrat Anda terhadap bisnis tersebut akan menjadikan Anda ahli dan gigih.

2. Dari hidup sehari-hari
Banyak pengusaha mendulang keuntungan dengan menjual hal-hal sepele yang kita temukan sehari-hari. Hal-hal yang sebenarnya penting namun orang malas melakukannya. Buatlah bisnis yang pelanggan malas melakukannya, atau tidak punya waktu untuk itu. Misalnya bisnis menyewakan tanaman untuk pertemuan atau acara-acara kawinan.

3. Hobi
Apakah teman-teman Anda pernah memuji masakan dan busana yang Anda rancang sendiri? Kenapa tidak dikembangkan saja? Jadikan hobi Anda menjadi suatu bisnis dengan mulai menjualnya kepada teman-teman Anda sendiri.

4. Ahli dalam suatu bidang
Jika pintar berbahasa Inggris atau merangkai kerajinan, Anda juga dapat berbagi ilmu sekaligus mendapat penghasilan dari situ. Bukalah tempat kursus meski hanya di rumah.

5. Membeli hak jual
Jika Anda tidak tahu apa yang harus dijual, Anda dapat membeli hak jual produk dari suatu perusahaan. Entah itu makanan atau barang. Apalagi sekarang sudah banyak produk waralaba yang bisa Anda pilih. Pemberi hak jual biasanya memberi keleluasaan untuk mengatur jumlah modal Anda sendiri.

6. Segera mulai
Jangan menunggu waktu lama untuk berbisnis. Karena faktor perasaan bisa membuat Anda menunda rencana yang telah disusun. Segera bergerak ketika Anda sudah tahu akan menjual produk apa. Beri nama produk yang khas agar konsumen mudah mengingatnya.

7. Riset pasar
Hal ini juga merupakan komponen yang penting jika mau berbisnis. Caranya bisa dengan mengamati perubahan gaya hidup, daya beli konsumen, dan selera konsumen. Siapa tahu Anda malah bisa menjadi pencipta tren. Ketika pasar sudah menerima produk kita, pertahankan kualitasnya. Hasil yang akan dipasarkan pertama kali menjadi poin penting yang akan dinilai oleh pasar. Jangan lupa untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk di kemudian hari.
"Tak ada kata rejeki tak dapat diraih dan musibah tak dapat dihindari, tanpa berkat kekuatan do'a dan ketahanan jiwa," Ta'limul Muta'alim.

READ MORE -

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

WISATA PASURUAN (3): Eksotisme Desa Wisata di Purwosari

Purwosari adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Memiliki jumlah desa sebanyak 14 desa, yaitu Desa Bakalan, Cendono, Karangrejo, Kayoman, Kertosari, Martopuro, Pager, Pucang Sari, Purwosari, Sekarmojo, Sukodermo, Sumberrejo, Sumbersuko, Tejowangi dan satu Kelurahan, yaitu Sengonagung. Merupakan kecamatan yang berada di antara perlintasan dari arah surabaya (berbatasan dengan Kecamatan Sukorejo), arah Malang (berbatasan dengan Kecamatan Purwodadi) dan perlintasan arah Kota Pasuruan (berbatasan dengan Kecamatan Wonorejo).

Dari tiga perlintasan tersebut, menjadikan Kecamatan Purwosari menjadi wilayah yang ramai dari hiruk pikuk kendaraan dan arus modernisasi. Perkembangan dalam bidang pembangunan, pendidikan dan kemajuan teknologi juga kian pesat. Hal ini ditandai dengan merebaknya pola pembangunan yang hampir di segala bidang, seperti industrialisasi, pusat bisnis, sekolah-sekolah dan bahkan Perguruan Tinggi.

Tawaran pesona eksotisme wisata yang dimiliki Kecamatan Purwosari lebih di dominasi dalam pola pengembangan melalui Desa (wisata), adapun peluang berwisata di kecamatan ini adalah sebagai berikut:

DESA WISATA KERTOSARI
1. Baung camp

Taman Wisata Alam [TWA] Gunung Baung terletak di Desa Kertosari, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan, Propinsi Jawa Timur. Kawasan seluas 195,5 hektar ini ditetapkan sebagai Taman Wisata Alam melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 657/Kpts/Um/9/1980 tanggal 11 September 1980. Dasar penunjukkan kawasan ini sebagai taman wisata alam, karena Gunung Baung yang berdampingan dengan Kebun Raya Purwodadi ini mempunyai keanekaragaman hayati dan keindahan alam.

Sebagai pusat pendidikan konservasi SDA hayati dan ekosistem, kawasan ini mulai dikembangkan berbagai sarana dan prasarana untuk beberapa aktifitas seperti; pendidikan SDA, konservasi lingkungan hidup, inventarisasi flora dan fauna, praktek teknologi ramah lingkungan, pendidikan lingkungan, kegiatan wisata petualangan, serta wahana kegiatan alam terbuka.

2. Cross country biking
Cross country biking, di kawasan ini, membela hutan sisi utara barat yang masih alami dan padat. Ada 2 grade yang telah tersedia. Masing-masing grade mempunyai tingkat kesulitan yang berbeda, tetapi sangat menantang. Durasi masing-masing grade 2 - 2.5 jam. Bersepeda di hutan dengan kondisi yang alami sambil menikmati pemandangan hutan, sawah, gunung, sangat menarik.


3. Budidaya Flora Fauna
Program budidaya fauna yang dikembangkan di kawasan TWA Gunung Baung antara lain; budidaya tokek, budidaya ular, budidaya kijang, budidaya kumbang, dan budidaya kupu-kupu, yang bertujuan untuk kepentingan pembelajaran tentang pemanfaatan lestari dan pemberdayaan masyarakat desa penyangga hutan agar terjalin hubungan yang saling menguntungkan berbasis pada hutan, yang pada akhirnya akan menumbuhkan rasa memiliki. Selain itu kawasan budidaya fauna ini juga bisa dimanfaatkan sebagai lokasi rehabilitasi bagi hewan endemik sitaan sebelum dikembalikan ke habitat aslinya.

Budidaya Flora Fauna ini merupakan percontohan usaha ekonomi kehutanan yang sepenuhnya dilakukan oleh Masyarakat Sekitar Hutan yang berpola Bapak Angkat. Bapak Angkat membantu Modal, Manajemen, Teknologi, dan Pasar.

Selain itu juga ada program pembinaan jenis langka dan endemik melalui proses identifikasi jenis dan populasi flora dan fauna, penangkaran satwa, dan penambahan populasi yang dilindungi. Aktifitas ini juga akan ditunjang dengan pemantauan daya dukung non-hayati berupa pemantauan iklim dan cuaca, serta pemantauan dan pemanfaatan aliran sungai.

4. Outbound Training
TWA Gunung Baung juga menyediakan sarana Outbound Training lengkap dengan segala fasilitasnya, seperti; materi pelatihan, simulasi permainan, instruktur/pemandu, peralatan, akomodasi, dan sebagainya. Materi dasar Outbound dan simulasi permainan biasanya berkisar tentang kepemimpinan [leadership], kerjasama [teamwork] dan pemecahan masalah [problem solving].

Pelatihan Outbound ini dikemas dalam berbagai format sesuai dengan kebutuhan materi dan durasi pelatihan untuk semua kalangan, mulai dari pelajar, mahasiswa, komunitas hingga instansi. Di samping untuk group, di kawasan ini juga disediakan individual outbound.

Kegiatan ini di dukung oleh para fasilitator yang berpengalaman, dan beberapa fasilitator inti telah bersertifikat. Di samping itu safety peralatan menjadi prioritas utama dalam pengoperasian kegiatan ini

5. Flying Fox dan Wall Climbing
Fasilitas permainan Flying Fox ini diletakkan di dekat kawasan hunian, atau sekitar camping ground agar bisa dimanfaatkan oleh pengunjung di sela-sela kegiatannya yang lain. Selain menjadi sarana hiburan yang menarik, wahana ini juga mengandung unsur tantangan dan petualangan yang seru.

Wahana Flying Fox ini dilengkapi dengan peralatan yang aman dan memadai, serta dipandu oleh instruktur yang berpengalaman.

Fasiltas ini terintegrasi dengan fasilitas wall climbing.

6. Embung Minum Satwa Liar
TWA Gunung Baung sebagai Kawasan Konservasi, juga dilakukan kegiatan Pembangunan Embung Minum Satwa Liar, yang bertujuan membangun SUMBER MINUM bagi kehidupan satwa-satwa yang ada di Kawasan Konservasi tersebut.

Selain pemanfaatan untuk satwa liar, keberadaan embung digunakan sebagai saluran irigasi petani, arena wisata memancing dan berbagai macam kegiatan wisata air lainnya.

7. Bumi Perkemahan
Area Desa Wisata Kertosari juga di lengkapi dengan "Bumi Perkemahan". Pengunjung dapat akan dimanjakan dengan nuansa desa dan pegunungan serta rerimbunan yang hijau serta asri. Ada dua tempat yang di khususkan untuk area perkemahan, yaitu Randuwana dan Bukit Mentari.

Di lokasi Randuwana dilengkapi pula dengan balai pelatihan, dan berbagai macam training outbound.

8. Fun Rafting dan River Board
Fun Rafting dan River Board bisa jadi alternatif kegiatan yang mengasyikkan di sungai. Aktifitas seru ini menggunakan perahu karet yang dilengkapi dengan peralatan standard seperti helm, dayung dan pelampung [life jacket]. Setiap kelompok pengunjung mulai dari kategori anak-anak hingga dewasa akan didampingi oleh guide yang berpengalaman. Untuk itu batuan sungai dimodifikasi menjadi lintasan track fun-rafting dengan tingkatan [grade] yang aman serta menyenangkan. Selama pengarungan, pengunjung dapat menyaksikan gemericik air sungai yang jernih, jembatan tradisional, jajaran tebing, tanaman langka, pohon tempat bertenggernya kelelawar besar, hingga pesona air terjun.

Untuk sementara info lebih lengkap: Desa Wisata Kertosari
READ MORE -

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Dan Tukang Mengkafirkan itu pun Minggat

Rata PenuhSejak sebulan lalu, kampung-kampung di sekitar pesantren sufi digemparkan oleh kemunculan seorang ustadz bernama Sukijo As-Salaf, yang mengajarkan hal-hal aneh yang membingungkan masyarakat. Selain mengharamkan slametan, tahlilan, yasinan, petungan nagadina, maulid, ziarah kubur, diba’an, dan barzanjian, ustadz Sukijo As-Salaf mengharamkan pula televisi, facebook, twitter, menyanyi, menari, bertepuk tangan, bahasa Inggris, filsafat, tasawuf, pengobatan medis, dan aktivitas-aktivitas lain yang dinilai tidak Islami.

Ustadz Sukijo As-Salaf yang mengontrak rumah tak jauh dari pesantren sufi, dalam pengajian-pengajian yang disampaikannya seperti sengaja menghujat berbagai praktek yang berkaitan dengan amaliah tasawuf yang dijalankan santri-santri sebagai perbuatan bid’ah, khurafat dan takhayul sesat yang membawa kepada kekafiran yang wajib diberantas. Anehnya, ustadz Dul Wahab yang dikenal suka mengecam pesantren sufi, ternyata tidak luput dari hujatan ustadz Sukijo As-Salaf yang menuduh ustadz Dul Wahab dan murid-muridnya telah melakukan amaliah bid’ah karena diam-diam masih suka mendengarkan lagu-lagu ruhani yang dinyanyikan Bimbo, mengisap sisha (rokok Arab), sering kedapatan memakai celana dan jas, dan menghalalkan gaji PNS, yaitu amaliah bid’ah yang akan membawa pengamalnya ke jurang kekafiran. Dan lebih-lebih sewaktu melihat praktek-praktek keagamaan masyarakat kampung, ustadz Sukijo As-Salaf langsung menghukuminya sebagai tindakan sesat kaum kafir dalam mengikuti ajakan setan.

Sufi tua yang menerima banyak keluhan dari warga kampung sekitar, dengan diiringi puluhan warga kampung mendatangi rumah ustadz Sukijo As-Salaf. Tepat di jalan kampung depan rumah ustadz Sukijo As-Salaf, Sufi tua berhenti dikerumuni warga dan menyampaikan ceramah agama. Dalam ceramah tanpa persiapan itu, Sufi tua bercerita tentang makhluk Tuhan paling terkutuk yang disebut Iblis, yang punya kecenderungan khusus: selalu mengucapkan “ana khoiru minhu” – aku lebih baik dari dia. Sebagai akibat dari kecenderungannya itu, Iblis dilaknat Allah dengan cara diusir dari jama’ah ‘hamba Allah’ yang terdekat, terkucil sendiri dengan jiwa diliputi kemarahan, kebencian, sakit hati, dendam, permusuhan, dan keinginan menyesatkan mereka yang dianggap musuh.

“Jadi saudara,” kata Sufi tua lantang,”Jika ada manusia Iblis di tengah-tengah kita, maka watak dan sifatnya tidak akan jauh dari watak dan sifat Iblis: hatinya selalu panas dan jiwanya bergolak terus diaduk-aduk kemarahan, kebencian, sakit hati, dan permusuhan terhadap orang-orang yang dianggap sesat dalam menjalankan amaliah yang tidak sama dengannya. Itulah ciri manusia Iblis, yang selalu ditandai sifat-sifat panas api berupa marah, benci, sakit hati, sombong, merasa suci, menjadi yang tertinggi, dan menampik siapa pun yang dianggap lebih tinggi dan lebih mulia darinya.”

Ustadz Sukijo As-Salafi yang membuka pintu rumah karena merasa tersinggung, seketika dituding oleh Sufi tua sebagai orang kafir yang mengalami gangguan jiwa. Ketika ustadz Sukijo As-Salaf akan berteriak menantang, warga kampung serentak berteriak,”Wong kafir! Sukijo kafir! Wong edan! Sukijo edan! Sukijo gendeng!”

Sadar keadaan tidak menguntungkan, ustadz Sukijo As-Salaf menutup pintu rumah dengan hati dibakar amarah. Melihat itu, Sufi tua sambil ketawa-ketiwi meninggalkan tempat diikuti warga yang merasa puas telah melampiaskan kekesalan mereka. Sambil berjalan di tengah kerumunan warga Sufi tua memberitahu, bahwa warga masyarakat sebagai golongan mayoritas hendaknya bersatu-padu melawan golongan minoritas yang sewenang-wenang. “Jadi kalau ada segelintir orang menuding kita yang mayoritas sebagai orang-orang kafir, maka kita sebagai mayoritas harus membalikkan tudingan itu kepada mereka. Kalau minoritas menghalalkan darah mayoritas, maka mayoritas pun harus menghalalkan darah minoritas,” kata Sufi tua mengajari warga kampung.

Tindakan Sufi tua yang ceramah di depan rumah ustadz Sukijo As-Salaf itu tidak disukai Guru Sufi. Namun seperti tahu jika akan ditegur Guru Sufi, sepulang dari acara ceramah dadakan itu Sufi tua tidak kembali ke pesantren, melainkan menghilang seperti tertelan bumi. Namun tindakan berani Sufi tua yang mereaksi sikap dan tindakan ustadz Sukijo As-Salaf itu menjadi perbincangan warga kampung selama berhari-hari.

Peristiwa singkat seputar ‘ceramah dadakan’ Sufi tua di jalan kampung depan rumah ustadz Sukijo As-Salaf, ternyata tidak berhenti pada kegiatan warga untuk membincang peristiwa itu. Entah siapa yang memulai, terjadi sesuatu yang tidak disangka-sangka: pada saat ustadz Sukijo As-Salaf kedapatan berjalan keluar rumah, puluhan anak-anak kecil dengan beriringan mengejeknya dengan teriakan,”Orang gila! Orang gila! Orang gila!” dengan satu-dua orang anak melemparinya dengan batu-batu kecil.

Tidak cukup diolok-olok oleh anak-anak kecil sebagai orang gila, sewaktu ustadz Sukijo As-Salaf lewat jalan kampung, para ibu cepat-cepat menutup pintu keras-keras dan meneriaki anak-anaknya agar menghindari berpapasan dengan orang gila. Bahkan warga yang kepergok berpapasan dengan ustadz Sukijo As-Salaf, buru-buru memalingkan muka sambil meludah seperti melihat sesuatu yang najis dan menjijikkan. Dan yang paling tak terduga, warung-warung peracangan di kampung menolak menjual barang dagangan mereka kepada ‘orang gila’ dan keluarganya yang dianggap memperoleh kekayaan atas bantuan Iblis.

Ustadz Sukijo As-Salaf yang tidak menduga bakal memperoleh resistensi dari warga kampung, berusaha untuk tetap bertahan dengan keyakinan bahwa Nabi Muhammad Saw pada masa lalu pun mengalami perlakuan yang lebih keras dari itu. Namun pertahanan ustadz Sukijo As-Salaf mulai goyah sewaktu isterinya menunjukkan gejala-gejala tekanan mental yang sangat berat dalam menghadapi reaksi masyarakat yang dianggapnya kelewatan itu. Dan pertahanan ustadz Sukijo As-Salaf pun bobol sewaktu anaknya pulang dari sekolah menangis tersedu-sedu karena dikucilkan oleh kawan-kawannya dan dituding sebagai anak gila karena ketularan bapaknya yang gila. Demikianlah, dengan hati dibakar amarah, kebencian, sakit hati, dan dendam kesumat, ustadz Sukijo As-Salaf meninggalkan rumah kontrakannya. Warga yang bersukacita dengan kepindahan ustadz Sukijo As-Salaf, mengiringi truk dan colt bak yang mengangkuti barang-barang milik ustadz Sukijo As-Salaf itu, dengan ramai-ramai bersujud syukur serentak di sepanjang jalan kampung.

Seiring pindahnya ustadz Sukijo As-Salaf – yang oleh penduduk diistilahkan “minggat” – ternyata menguak rahasia menghilangnya Sufi tua dari pesantren. Sebab ternyata, selama menghilang itu, Sufi tua menginap di rumah ustadz Dul Wahab.

Dalam sebuah perbincangan setelah ustadz Sukijo As-Salaf “minggat”, ustadz Dul Wahab sempat bertanya tentang alasan Sufi tua mengambil tindakan reaktif yang pastinya tidak disukai Guru Sufi. Sambil menyeruput kopi Arabica, Sufi tua menjawab singkat,”Untuk membuat kanal-kanal yang bisa mengalirkan air kemarahan massa ke muara yang benar.”

“Maksudnya kanal-kanal bagaimana?” tanya ustadz Dul Wahab belum faham.

“Ketahuilah, wahai saudara, bahwa warga masyarakat di Nusantara ini khususnya orang Jawa, memiliki prinsip 4 Nga, yang jika tidak bijaksana menyikapinya bisa menjadi fenomena AMOK dalam skala massal,” kata Sufi tua.

“Prinsip 4 Nga?” sahut ustadz Dul Wahab mengerutkan kening,”Apa itu penjelasannya?”
“4 Nga adalah prinsip Ngalah, Ngalih, Ngamuk, Ngawur,” kata Sufi tua menjelaskan,”Yang disebut Ngalah adalah tindakan selalu mengalah ketika dizhalimi termasuk saat dituduh kafir, sesat, ahli neraka, pemuja setan, pengamal bid’ah; yang disebut Ngalih (hijrah) adalah tindakan meninggalkan kediaman untuk menghindari konflik yang makin tajam; prinsip Ngamuk (marah) adalah sebuah ledakan emosi sewaktu di tempat baru pun, orang masih terus dizhalimi, di mana wujud kemarahan itu berupa tindakan anarkis yang dikenal dengan sebutan AMOK; prinsip Ngawur adalah keadaan jiwa di mana dalam AMOK massa itu tidak jelas siapa yang akan dijadikan sasaran dan kapan berakhirnya keadaan marah tersebut.”“Adakah contohnya?” tanya ustadz Dul Wahab.
“Tahun 1960-an, ketika orang-orang PKI menghujat kyai-kyai sebagai setan desa dan setan kota yang harus digempur, tidak cukup terjadi resistensi secara terbuka terhadap aksi-aksi sepihak PKI yang dipimpin Arab badui bernama D.N.Aidit itu. Aksi-aksi penodaan agama dilakukan secara semena-mena dengan kemarahan-kemarahan terpendam. Nah, saat kemarahan itu meledak, terjadi semacam AMOK massa dalam bentuk melampiaskan amarah kepada semua pimpinan dan anggota PKI. Semua yang terindikasi partai PKI ditangkapi untuk disembelih dalam antrian panjang, karena orang-orang PKI sudah dianggap kafir yang halal darahnya,” kata Sufi tua menjelaskan.

“Jadi..?”

“Tindakanku justru telah menyelamatkan Sukijo goblok itu dari prinsip 4 Nga yang sewaktu-waktu mengancam nyawanya dan nyawa keluarganya,” kata Sufi tua.

“Itu benar kang,” kata ustadz Dul Wahab mengangguk-angguk,”Murid-muridku sebenarnya sudah berencana akan mengeroyok Sukijo di dekat pasar setelah terlebih dulu diteriaki maling!”

“Walah, itu lebih kejam, bro.”


*Oleh: Kyai Agus Sunyoto
http://www.facebook.com/notes/agus-sunyoto-ii/dan-tukang-mengkafirkan-itu-pun-minggat/130449230362796
READ MORE -

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

WISATA PASURUAN (2): Padang Hijau di Purwodadi

Purwodadi merupakan wilayah kecamatan di Kabupaten Pasuruan, kecamatan inilah yang menghubungkan 3 kota, yaitu Malang, Surabaya, dan Pasuruan. Jarak dari kota Malang adalah 24 km ke arah utara, dan dari kota Pasuruan 30 km ke arah barat daya dan dari kota Surabaya 65 km ke arah selatan.

Kecamtan ini memliki curah hujan rata--rata per tahun 2366 mm dengan bulan basah antara bulan November dan Maret dengan suhu berkisar antara 22 - 32 C.

Adapun wisata alam yang terdapat di area Kecamatan Purwodadi adalah sebagai berikut:

KEBUN RAYA
Didirikan pada tanggal 30 Januari 1941 oleh Dr. L.G.M. Baas Becking. Kebun ini merupakan salah satu dari 3 cabang Kebun Raya Indonesia (Kebun Raya Bogor) yang masing-masing memiliki tugas dan fungsi spesifik. Kedua cabang lainnya adalah Kebun Raya Cibodas dan Kebun Raya Eka Karya Bali. Pengelolaan seluruh Kebun Raya ini berada di bawah tanggung jawab LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia).

Mula-mula kebun ini dipergunakan untuk kegiatan penelitian tanaman perkebunan. Kemudian pada tahun 1954 mulai diterapkan dasar-dasar per-kebunraya-an yaitu dengan dimulainya pembuatan petak-petak tanaman koleksi. Sejak tahun 1980 sebagian tanaman ditata kembali menurut kelompok suku yang menganut klasifikasi sistem Engler dan Pranti. Dalam perkembangannya diharapkan UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi akan menjadi pusat konservasi dan penelitihan tumbuhan iklim kering di daerah tropis.

Kebun Raya Purwodadi adalah cabang Bogor Kebun botanik yang telah dikelola oleh LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia). Di daerah ini pengunjung dapat melihat berbagai koleksi menakut-nakuti dan tanaman kering. Selain Kebun Raya ini sebagai tempat untuk rekreasi tetapi juga digunakan sebagai membuat beberapa penelitian tentang botani. Hal ini mudah diakses dari Surabaya diperlukan waktu sekitar 60 menit untuk berkendara.

Menikmati kondisi alam di Pasuruan yang akan menciptakan rekreasi yang menarik bagi pengunjung. Jika Anda menarik dengan wisata botani, maka daerah ini cocok untuk menambah pengalaman wisata anda. Anda juga dapat mengunjungi kebun raya ini dengan, anak-anak keluarga atau teman-teman

Informasi lebih lengkap: Kebun Raya Purwodadi

DESA WISATA TAMBAKSARI
Mulai dideklarasikan sebagai desa wisata pada 31 Juli 2010, warga Desa Tambaksari semakin siap menyambut kedatangan pengunjung. Pengembangan wisata berbasis masyarakat memastikan manfaat pariwisata bagi pelestarian alam dan meningkatkan kesejahteraan warga.

Pemandu lokal dari karang taruna siap mendampingi perjalanan Anda, menjelajahi sudut-sudut desa. Saat musim kopi tiba (Agustus – September), Anda bisa ikut panen di kebun warga dan mengolah kopi hingga siap minum. Temukan keluarga baru saat berlibur dengan bermalam di rumah warga (homestay).

Informasi lebih lengkap, hubungi lembaga desa wisata tambaksari (LADEWI Sari) 0858 155 86200 atau kunjungi situs: Desa Wisata Tambaksari


AIR TERJUN COBAN BAUNG
Air terjun ini 100 meter tingginya sebagai salah satu wisata alam. Ini terletak di desa Purwodadi tepatnya di sebelah timur kebun Raya Purwodadi. Hal ini dikelilingi oleh hutan lindung dengan berbagai satwa seperti monyet, rusa, dll telah dilengkapi dengan camping ground.

Air terjun alami ini memiliki air jernih dari gunung dan dikelilingi oleh hutan alam. Sehingga pengunjung dapat bersantai untuk menikmati pemandangan dan udara segar dengan keluarga mereka. Pengunjung juga akan menunjukkan air tawar fantastis yang jatuh dari ketinggian 100 meter. Air terjun ini fantastis hanya menemukan dalam pariwisata Pasuruan.

HUTAN PINUS
Area hutan pinus yang berada di Desa Sentul Purwodadi ini merupakan tempat wisata yang alami. Hutan yang berada di bawah kaki gunung Lawang mencapai luas lebih dari 3 Ha sangat cocok untuk dibuat wisata bersama. Meski tidak ada fasilitas lebih yang ditawarkan, namun hutan pinus ini tetap memiliki daya tarik tersendiri.

Umumnya pengunjung atau peminat alam yang datang ke area hutan memilih untuk bermain dan sekedar menjelajah sambil menghirup udara alami. Biasanya hutan ini sering dijadikan oleh pelajar-pelajar sekitar untuk membuat permainan dan Out Bond. Disamping areanya luas dan sejuk, untuk memasuki wilayah hutan tak berbayar sama sekali.


READ MORE -

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

URGENSI PENDIDIKAN KARAKTER

Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.

Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia.

Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama.

Pendidikan yang bertujuan melahirkan insan cerdas dan berkarakter kuat itu, juga pernah dikatakan Dr. Martin Luther King, yakni; intelligence plus character… that is the goal of true education (kecerdasan yang berkarakter… adalah tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya).

Memahami Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif.

Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.

Terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu: pertama, karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya; kedua, kemandirian dan tanggungjawab; ketiga, kejujuran/amanah, diplomatis; keempat, hormat dan santun; kelima, dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama; keenam, percaya diri dan pekerja keras; ketujuh, kepemimpinan dan keadilan; kedelapan, baik dan rendah hati, dan; kesembilan, karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan.

Kesembilan pilar karakter itu, diajarkan secara sistematis dalam model pendidikan holistik menggunakan metode knowing the good, feeling the good, dan acting the good. Knowing the good bisa mudah diajarkan sebab pengetahuan bersifat kognitif saja. Setelah knowing the good harus ditumbuhkan feeling loving the good, yakni bagaimana merasakan dan mencintai kebajikan menjadi engine yang bisa membuat orang senantiasa mau berbuat sesuatu kebaikan. Sehingga tumbuh kesadaran bahwa, orang mau melakukan perilaku kebajikan karena dia cinta dengan perilaku kebajikan itu. Setelah terbiasa melakukan kebajikan, maka acting the good itu berubah menjadi kebiasaan.

Dasar pendidikan karakter ini, sebaiknya diterapkan sejak usia kanak-kanak atau yang biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas (golden age), karena usia ini terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia 4 tahun. Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia 8 tahun, dan 20% sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua. Dari sini, sudah sepatutnya pendidikan karakter dimulai dari dalam keluarga, yang merupakan lingkungan pertama bagi pertumbuhan karakter anak.

Namun bagi sebagian keluarga, barangkali proses pendidikan karakter yang sistematis di atas sangat sulit, terutama bagi sebagian orang tua yang terjebak pada rutinitas yang padat. Karena itu, seyogyanya pendidikan karakter juga perlu diberikan saat anak-anak masuk dalam lingkungan sekolah, terutama sejak play group dan taman kanak-kanak. Di sinilah peran guru, yang dalam filosofi Jawa disebut digugu lan ditiru, dipertaruhkan. Karena guru adalah ujung tombak di kelas, yang berhadapan langsung dengan peserta didik.

Dampak Pendidikan Karakter
Apa dampak pendidikan karakter terhadap keberhasilan akademik? Beberapa penelitian bermunculan untuk menjawab pertanyaan ini. Ringkasan dari beberapa penemuan penting mengenai hal ini diterbitkan oleh sebuah buletin, Character Educator, yang diterbitkan oleh Character Education Partnership.

Dalam buletin tersebut diuraikan bahwa hasil studi Dr. Marvin Berkowitz dari University of Missouri- St. Louis, menunjukan peningkatan motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasi akademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter. Kelas-kelas yang secara komprehensif terlibat dalam pendidikan karakter menunjukkan adanya penurunan drastis pada perilaku negatif siswa yang dapat menghambat keberhasilan akademik.

Sebuah buku yang berjudul Emotional Intelligence and School Success (Joseph Zins, et.al, 2001) mengkompilasikan berbagai hasil penelitian tentang pengaruh positif kecerdasan emosi anak terhadap keberhasilan di sekolah. Dikatakan bahwa ada sederet faktor-faktor resiko penyebab kegagalan anak di sekolah. Faktor-faktor resiko yang disebutkan ternyata bukan terletak pada kecerdasan otak, tetapi pada karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi.

Hal itu sesuai dengan pendapat Daniel Goleman tentang keberhasilan seseorang di masyarakat, ternyata 80 persen dipengaruhi oleh kecerdasan emosi, dan hanya 20 persen ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ). Anak-anak yang mempunyai masalah dalam kecerdasan emosinya, akan mengalami kesulitan belajar, bergaul dan tidak dapat mengontrol emosinya. Anak-anak yang bermasalah ini sudah dapat dilihat sejak usia pra-sekolah, dan kalau tidak ditangani akan terbawa sampai usia dewasa. Sebaliknya para remaja yang berkarakter akan terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi oleh remaja seperti kenakalan, tawuran, narkoba, miras, perilaku seks bebas, dan sebagainya.

Beberapa negara yang telah menerapkan pendidikan karakter sejak pendidikan dasar di antaranya adalah; Amerika Serikat, Jepang, Cina, dan Korea. Hasil penelitian di negara-negara ini menyatakan bahwa implementasi pendidikan karakter yang tersusun secara sistematis berdampak positif pada pencapaian akademis.

Seiring sosialisasi tentang relevansi pendidikan karakter ini, semoga dalam waktu dekat tiap sekolah bisa segera menerapkannya, agar nantinya lahir generasi bangsa yang selain cerdas juga berkarakter sesuai nilai-nilai luhur bangsa dan agama.


*Oleh: Prof. Suyanto, Ph.D
http://waskitamandiribk.wordpress.com/2010/06/02/urgensi-pendidikan-karakter/
READ MORE -

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

WISATA PASURUAN (1); Pesona Alam Nongkojajar -Tutur

Desa Wonosari atau yang lebih dikenal dengan nama " Nongkojajar " terletak di Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan Jawa Timur. Kawasan Nongkojajar ini terletak di kaki Gunung Bromo dan merupakan salah satu pintu gerbang yang dilalui ketika kita hendak menuju ke Gunung Bromo. Desa Nongkojajar memiliki berbagai macam keunikan serta potensi keindahan alam asli khas daerah pegunungan yang tak akan jenuh untuk dinikmati. Perkebunan berbagai macam buah (seperti apel, salak, durian, buah naga, strowberri, jeruk, mangga, apukat, nangka, golden melon, klengkeng pingpong dan lain-lain), aneka bunga krisan, paprika, mawar potong, bunga hias, sayur mayur, peternakan sapi perah, kelinciserta kambing dan juga hamparan kebun kopi jenis robusta merupakan sajian yang sayang untuk dilewatkan begitu saja. Butiran embun yang bening dan aroma udara pegunungan yang dingin benar-benar mampu merayu kita untuk singgah di Nongkojajar. Jalanan di kawasan pegunungan yang menikung membentuk huruf S setiap paginya selalu diramaikan oleh petani dan peternak susu sapi yang akan bertandang ke lahan mata pencaharian hidupnya.

Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai Nongkojajar, hanya sekitar 30 menit dari pertigaan Kebun Raya Purwodadi ke arah Gunung Bromo atau berjarak 21 km. Dan itu tidak akan terasa lama, karena sepanjang perjalanan kita akan disuguhi barisan pohon pinus yang tegak menantang langit, susunan terasiring yang tertata rapi di setiap sawah, dan indahnya bunga-bunga dengan aneka warna yang tidak sedikit.Tentu saja itu menjadi sebuah pemandangan yang memanjakan mata kita untuk senantiasa memperhatikannya.

Komoditi yang dihasilkan oleh penduduk Desa Nongkojajar sendiri terbilang cukup melimpah. Itu terlihat dari banyak warga yang membudidayakan buah-buahan seperti apel, salak, durian, buah naga, stroberi, jeruk, juga aneka bunga krisan, dan susu sapi perah, serta kopi.paprika,aneka sayur mayur. Hasil alam tersebut selanjutnya dipasarkan di daerah sekitarnya dan juga dikirim ke luar daerah seperti Malang, Surabaya,Bandung,Jakarta bahkan sampai mencapai ke luar pulau Jawa, seperti di Bali dan Kalimantan.

Bukan menjadi permasalahan ketika ada pertanyaan mengenai tempat singgah bagi para pelancong yang ingin menikmati kekayaan alam Nonkojajar. Homestay atau rumah singgah yang berada dipinggir jalan menjadi jawabannya, letaknya yang berada dipinggir jalan atau mungkin agak masuk ke dalam sedikit itu juga akan memudahkan turis untuk memilih homestay mana yang akan disinggahi. Fasilitas yang diberikan oleh homestay sendiri disesuaikan dengan tarif yang dikenakan kepada petualang wisata. Jadi kocek rupiah yang dirogoh sesuai dengan fasilitas yang didapat.

Berikut pilihan pesona wisata alam yang di berada di wilayah Nongkojajar Kec. Tutur dan sekitarnya:

COBAN WARU

Salah satu keindahan alam yang dimiliki oleh Nongkojajar adalah pesona air terjun yang dikelilingi hamparan alam hijaunya.

Salah satu dari sekian air terjun yang terdapat di daerah nongkojajar adalah air terjun coban waru. Asal nama Waru berasal dari bahasa jawa ” Waru” yang memiliki arti cinta atau hati . Coban Waru sangat cocok dikunjungi jika anda ingin merasakan keasrian dan keelokan alam yang masih perawan disertai dinginnya aliran air terjun dan suara gemericik air yang menambah keindahan air terjun setinggi 75 meter ini.

Dengan curah hujan rata-rata 1.800 mm/th dengan bulan basah antara November sampai Maret dan bulan kering antara bulan April hingga Oktober yang mencapai suhu sekitar 22°C. Air terjun coban waru terletak diantara desa Wonosari dan desa Kayukebek dan dapat diakses dengan jarak tempuh memakan waktu kira-kira satu jam dari pusat desa. Jadi tidak ada salahnya jika anda menyempatkan diri untuk mengunjungi indahnya air terjun coban waru ini

RIVER TUBING
Menyusuri aliran Sungai " Rojo Pasang" dan Sungai " Grontol " - Nongkojajar (dalam waktu 2 jam). Kami akan membawa anda menikmati derasnya arus sungai " Rojo Pasang " dengan bebatuan alami yang akan menyapa anda.

Disamping itu pemandangan alam sekitar sungai yang masih alami...
Biarkan guide yang ada menghantar anda melewati sungai yang tenang bersahabat erta sungai yang menantang dan menggoda adrenalin anda. So, silahkan tentukan pilihan anda saat menghirup udara Nongkojajar...
* Menyenangkan
* Menarik
* Menantang
* Memacu adrenaline anda
* Membuat hidup anda menjadi lebih hidup bersama alam Nongkojajar.
* Warning: Don't Try at Home!

BUKIT FLORA
Bukit Flora merupakan satu lagi wahana wisata pendidikan yang terletak di Desa Tutur Kecamatan Tutur Nongkojajar, Kabupaten Pasuruan yang sekarang ramai di kunjungi oleh para wisatawan domestik yang sebagian besar berasal dari daerah-daerah yang ada di Provinsi Jawa Timurmaupun dari luar provinsi . Umumnya pengunjung yang datang berkunjung selain berasal dari kalangan umum, keluarga, instansi maupun para siswa mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak sampai perguruan tinggi.

Objek wisata bukit flora biasanya ramai di kunjungi pada hari libur. Sarana dan prasarana yang tersedia meliputi : Panduan praktek cara menanam bunga, Macam-macam bunga hias, tempat bermain anak-anak, Outbound panjat tangga ala militer, Outbound Flying Fox, lomba tarik tambang, lomba ketangkasan tendang bola, ketangkasan piring terbang, lomba merayap, titian keseimbangan, titian atas, ketangkasan bermain donat, kolam renang anak, titian kesimbangan tali dan masih banyak lagi yang bisa kita nikmati bersama. Jikalau kita lelah dan ingin beristirahat dan bersantai bersama keluarga di sekitar lokasi di sediakan berbagai makanan. Lokasi Studi Wisata " Bukit Flora " dari Purwodadi dapat ditempuh dengan jarak tempuh hanya kurang lebih 18 kilometer atau 25 menit saja. Kalau anda berminat untuk menikmati keindahan tempat wisata Bukit Flora maka anda bisa langsung menghubungi kontak di (0343) 499580. Buruan, kapan lagi anda dapat menikmati rekreasi sambil belajar mengenal berbagai macam bunga dan bermain dengan alam.

KHRISNA APEL AGRO
Apple wisata agro ini terletak di desa Andonosari, Tutur kecamatan. Ini sekitar 40 km dari kota Pasuruan. Pengunjung dapat bersantai dan pergi di sekitar kebun Apel.

Jika pengunjung ingin memilih beberapa Apel oleh dirinya sendiri dan makan Apel sebanyak yang mereka inginkan, para pengunjung harus membayar biaya pendaftaran pada awalnya. Wisata agro meliputi wilayah sekitar 1100 hektar dan apel yang ditanam terdiri dari Manalagi, Rhomebeauty, Anna dan Wanle.

Para pengunjung bisa membawa keluarga mereka untuk mengunjungi lokasi wisata, karena obyek wisata ini sangat cocok untuk setiap usia. Nikmati pohon Apple dengan buah-buahan dan menikmati Apel segar dalam pariwisata Pasuruan. Apel wisata agro selalu ramai oleh pengunjung, terutama di hari libur. Obyek wisata ini juga dikenal sebagai Khrisna Agro Wisata. Kunjungi di sini dan menikmati liburan Anda dengan memetik Apel.


READ MORE -

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

The troubling specter of NII

Government should have acted immediately when the public anxious to face the people who deceive under the guise of religion. Lunge kick the so-called Islamic State of Indonesia dream which has already claimed many victims. But strangely, the Police of the Republic of Indonesia as though unable to dismantle this network and capture the mastermind.

It is not enough officials said the issue is being researched or investigated. The public also will not be satisfied with such a normative statement submitted by the Coordinating Minister for Political, Legal and Security Djoko Suyanto. Yesterday, Minister only asked all parties involved be aware of the elements that encourage doing evil and establish an Islamic state.

The attitude of the government was not able to calm the public. See only happens on college campuses. The president is busy coordinating with police to counter guerrilla NII. Even some universities have established crisis centers to receive reports that may be missing student was recruited by the NII.

Public panic triggered by the victim NII really exist. Victims generally experience indoctrination, there is a call by the term brainwashing. After successfully influenced the mind, the victim said yes what was ordered. They claim could not refuse when asked to deposit some money.

Recently, a candidate for civil servants also had disappeared, and was found in a state of instability. The same thing happened to a number of students in Malang and Yogyakarta. All allegedly influenced by people who claim the NII, then dibaiat to become a member of this organization. A research institute NII even mention the number of followers in the hundreds of thousands and scattered in various provinces.

If the allegations were true, lunge kick NII certainly very dangerous. Not only deceive the public, they also act treason because of trying to establish an Islamic state. But the public becomes confused because the government officials seem not to panic. They did not exert any force to disassemble, and capturing the driving.

Some people often associate it with the group's activities NII Pesantren Al-Zaytun leader in Indramayu, West Java. But Panji Gumilang, this figure, has repeatedly denied this too. Modern pesantren activities that have thousands of students are also normal. Panji was never touched by the police, and was often visited pesantren political figures.

So who actually drive the NII. This is the conundrum that many years unanswered. There was this group is accusing the intelligence project for cornering Islam as happened in the New Order. But such allegations have been denied by officials yesterday the state, including military officers.

There's no other way, completely revealing the strange activity is the only way to reassure the public. Without this effort, the government is tantamount to letting the public in a state of restless, confused, and full of prejudice.

Repost edisi Indonesia_
http://www.tempointeraktif.com/hg/opiniKT/2011/04/29/krn.20110429.234459.id.html

READ MORE -

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

TELEVISI DAN PARADIGMA KEKERASAN

“Kekerasan pada akhirnya menjadi sebuah budaya (budaya kekerasan), sebuah cara hidup (way of Life), sebuah gaya hidup (life style) sebuah cara masyarakat kita memberi makna pada kehidupannya…” (Yasraf Amir Piliang ; Sebuah Dunia Yang Dilipat; 2001)

Belum sembuh kemirisan hati kita ketika menyaksikan kekerasan yang dilakukan oleh pihak aparat keamanan terhadap mahasiswa-mahasiswa yang melalukan protes terhadap kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM didalam negeri dalam tragedi UNAS. Dimana tindakan kekerasan aparat keamanan dipicu oleh tindakan-tindakan anarkis mahasiswa dalam melakukan tuntutan. Tindakan kekerasan dua belah pihak yang berujung pada kerugian baik moril maupun materil yang tidak sedikit yang pada akhirnya merusak citra aparat keamanan dan juga merusak citra mahasiswa yang merupakan ujung tombak penyampai aspirasi masyarakat.

Mahasiswa merasa mereka dalam koridor yang benar, perjuangan mereka adalahperjuangan rakyat dan barangsiapa yan g melawan keinginan rakyat berarti melawan kebenaran. Maka dengan pikiran ini mahasiswa merasa berhak untuk melakukan kekerasan terhadap aparat keamanan yang dianggap tidak membela rakyat.

Sementara aparat keamanan merasa sebagai satu-satunya institusi yang memiliki hak untuk melakukan tindakan keamanan dalam bentuk pembubaran, penangkapan, pemukulan dan penembakan terhadap siapa saja yang mengancam keamanan negara. Sehingga merasak wajar dan wajib melumpuhkan mahasiswa apapun caranya demi keamanan negara. Inilah kekerasan negara terhadap masyarakat ataupun kekerasan masyarakat terhadap negara (Konflik Vertikal)

Kemudian kita dipertontonkan tindakan-tindakan anarkis kaum beragama dengan atas nama agama melakukan tindakan kekerasan terhadap kelompok lain yang berbeda pendapat. Agama seharusnya ditafsirkan dalam bentuk prilaku yang membawa rahmat bagi kehidupan manusia justru ditafsirkan dengan wajah garang, ganas dan brutal oleh pemeluknya yang mengklaim dirinya beriman. Atas nama agama, kekerasan menjadi menjadi hal yang halal dan wajib dilakukan kepada orang-orang atau kelompok-kelompok yang berbeda pendapat dan dianggap menodai kesucian agama. Atas nama kebenaran, orang tua, wanita dan anak-anak pun boleh mendapatkan balasan kekerasan karena telah berpendapat berbeda.

Klaim kebenaran masing-masing kelompok telah mengantarkan masyarakat pada Paradigma Oposisi Biner, kita dan mereka, dimana jika kita benar maka mereka salah, jika kita suci maka maka mereka ternodai, jika kita lurus maka mereka tersesat. Paradigma ini kemudian dilanjutkan dengan paradigma yang oleh Charles Kimbal dalam bukunya Kala Agama Menjadi Bencana disebut dengan Paradigma Perang Suci. Paradigma yang membenarkan kekerasan terhadap kaum yang dianggap salah, tersesat dan menodai kebenaran agama.

Akhirnya citra penebar rahmat yang seharusnya disandang oleh kaum beragama justru menjadi penebar kekerasan dan kebencian. Seharusnya penebar kasih sayang dan cinta justru menjadi penebar teror dan ketakutan pada masyarakat. Dan ini semakin menguatkan pendapat kaum anti agama yang terus mengkampanyekan bahwa agama salah satu sumber konflik dan kekeran seperti yang dilakukan oleh Geert Wilders dengan film Fitnanya. Inilah kekerasan antar masyarakat (Konflik Horizontal), entah disengaja atau tidak, kekerasan sangat merugikan.

Dan beberapa hari terakhir, kita kembali dipertontonkan oleh media tindakan kekerasan oleh sebuah geng terhadap calon anggotanya dan lebih mencengangkan lagi geng tersebut adalah geng perempuan. Perempuan yang selama ini diyakini memiliki fitra kelembutan, kehalusan serta mendahulukan perasaan ternyata juga memiliki potensi kekerasan yang tidak kalah dengan pria yang selalu dianggap perkasa. Perempuan yang seharusnya berlatih untuk menjadi ibu bagi keluarga, bagi masyarakat bahkan bagi negara justru terjebak dalam lingkaran kekerasan.

Kekerasan demi kekerasan terus terjadi di negeri ini, tanpa ada satu kekuatanpun yang mampu menahan atau menolaknya. Hari ini kita menjadi penonton adegan kekerasan tersebut tapi bisa jadi satu saat kita akan menjadi aktor dalam kekerasan tersebut, entah menjadi pelaku kekerasan atau korban kekerasan. Apa yang terjadi dengan negeri ini ? apa sesungguhnya yang telah memproduksi kekerasan dalam budaya kita ?

Melacak penyebab maraknya tindakan kekerasan di negeri ini, kita dapat berangkat dari teori konstruksi sosial Berger & Luckman, dimana setiap perilaku dalam kehidupan sosial sesungguhnya dimulai dari paradigma (cara pikir) pelakunya, artinya sesungguhnya prilaku dibentuk oleh cara pikir. Maka jika prilaku kekerasan telah menjadi budaya dalam masyarakat dapat dipastikan bahwa terjadi proses sosialisasi paradigma kekerasan pada masyarakat tersebut disadari atau tidak.

Marilah kita melihat pada masyarakat kita yang akhir-akhir ini begitu dekat dengan kekerasan. Dimana kita lacak proses sosialisasi paradigma kekerasan itu ? Pertama kita lacak pada kehidupan sehari-hari kita, prilaku apa yang sering kita dapatkan atau tonton dalam kehidupan sehari-hari ? Hidup kita banyak tersita oleh TV. Lalu apa yang ditawarkan oleh TV kepada kita ?

Untuk balita, TV menawarkan film kartun, tapi cobalah cermati kartun-kartun itu, hampir semuanya berisi adegan kekerasan yang dikemas sedemikian rupa sehingga kekerasan menjadi sesuatu yang lucu. Sehingga bagi balita kekeran itu lucu dan menyenangkan.

Untuk anak-anak, TV menawarkan film-film anak-anak yang dikemas dalam cerita kepahlawanan sebutlah film Power Ranger dan film lain yang sejenisnya, dimana kepahlawanan selalu harus mengalahkan musuhnya dengan pertarungan dan diakhiri dengan kematian atau musnahnya musuh.

Sementara untuk remaja dan orang dewasa, TV menawarkan setiap hari adegan-adegan kekerasan, entah itu lewat sebuah film atau lewat kemasan berita. Kekerasan adalah satu-satunya jalan yang harus ditempuh untuk memenangkan kebenaran. Pembunuhan dan pembasmian terhadap tokoh-tokoh jahat adalah keharusan untuk mendapatkan akhirnya yang baik. Artinya happy ending sebuah cerita harusnya dengan kematian atau musnahnya pelaku kejahatan apapun kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan olehnya.

Inilah yang tiap hari kita konsumsi yang kemudian memenuhi diri kita dengan paradigma kekerasan (dimana kejahatan harus dibasmi dan pelaku kejahatan harus dibunuh). Paradigma ini telah menjadi potensi kekerasan dalam diri kita, sebagian telah mengatualisasikannya sebagian masih menunggu aktualisasinya, entah kapan.

Semoga kita sadar atas potensi tersebut dan cepat-cepat membunuhnya sehingga tindak kekerasan yang merusak dinegeri ini bisa diminimalisir.


Oleh : Nanang Wijaya
http://pasulukan.wordpress.com/2010/10/31/televisi-dan-paradigma-kekerasan/
READ MORE -

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

UJIAN NASIONAL; yang menyesatkan

WASWAS, kekhawatiran dan kekalutan yang dialami para siswa menjelang penyelenggaraan UN muncul karena kebijakan pendidikan yang berlaku saat ini memang mengharuskan siswa sekolah/madrasah mengikuti ujian seragam tersebut.

Pada 2005 beberapa orangtua, murid, guru, dan pemerhati pendidikan menyadari bahwa UN menimbulkan kecemasan dan ketidakberdayaan. Mereka kemudian menggugat bahwa penyelenggaraan UN melanggar hak asasi anak. Pengadilan Negeri Jakarta Pusat lalu mengabulkan gugatan ini.

Pemerintah justru naik banding ke Pengadilan Tinggi Jakarta dan terakhir mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung atas keputusan Pengadilan Tinggi Jakarta yang menguatkan keputusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Kasasi ini pun ditolak Mahkamah Agung pada September 2009.

Namun, tahun 2010 Menteri Pendidikan Nasional tetap menyelenggarakan UN, bahkan mempertinggi tensi kecemasan dengan berbagai upaya melibatkan polisi sebagai pengawas dan para pejabat tinggi serta kepala dinas pendidikan wilayah menandatangani akta kejujuran. Janji akan berbuat jujur ini adalah bukti ketidakpahaman para pejabat pendidikan terhadap keputusan Mahkamah Agung.

Setiap tahun upaya yang dilakukan hanya mengantisipasi ancaman terhadap kemungkinan terjadinya kecurangan. Namun, ragam antisipasi tersebut justru dirasakan sebagai ancaman yang mempertinggi kecemasan.

UN adalah pelaksanaan dari Pasal 57 Ayat (1) Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, ”Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.”

Paling tidak kita dapat menyoroti kelemahan pelaksanaan Ujian Nasional (UN) dalam tiga hal: Melanggar HAM, Cacat Hukum dan Tidak Profesional.

1. Melanggar HAM
Sesungguhnya pada 2005 beberapa orangtua, murid, guru, dan pemerhati pendidikan yang menyadari bahwa UN menimbulkan kecemasan dan ketidakberdayaan telah mengadu ke pengadilan negeri. Mereka menggugat bahwa penyelenggaraan UN melanggar hak asasi anak. Pengadilan Negeri Jakarta Pusat mengabulkan gugatan ini. Pemerintah justru naik banding ke Pengadilan Tinggi Jakarta dan terakhir mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung atas keputusan Pengadilan Tinggi Jakarta yang menguatkan keputusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Kasasi ini pun ditolak Mahkamah Agung pada September 2009. Jadi sangat jelas sekali bahwa UN melanggar HAM khususnya hak-hak asasi anak. Ironisnya sang penguasa yang seharusnya memerhatikan keputusan hukum ini malah melakukan preseden buruk di dunia pendidikan. Sudah melanggara HAM cacat hukum pula UN ini.

2. Cacat Hukum
Dari paparan di atas jelas sekali bahwa UN ini telah melanggar HAM anak dan cacat hukum. Namun, tahun 2010 Menteri Pendidikan Nasional tetap menyelenggarakan UN, bahkan mempertinggi tensi kecemasan dengan berbagai upaya melibatkan polisi sebagai pengawas dan para pejabat tinggi serta kepala dinas pendidikan wilayah menandatangani akta kejujuran. Janji akan berbuat jujur ini adalah bukti ketidakpahaman para pejabat pendidikan terhadap keputusan Mahkamah Agung.

Bagaimana negara ini akan tumbuh dan berkembang dengan baik jikalau pemegang amanah pengelolaan negara ini melakukan perbuatan yang tidak taat asas dan tidak patuh hukum. Pantaslah karut marut hukum di negara ini tak kunjung usai karena para elitenya dengan sangat mudah menabrak rambu-rambu hukum dan tidak etis. Tidak perlu seorang ahli hukum mengatakan UN cacat hukum karena sudah terang benderang UN bermasalah secara hukum tetapi toh tetap saja sang penguasa bertindak "otoriter" memaksakan kehendak demi berjalannya pernecanaan yang telah mereka buat berikut anggaran proyeknya walau hal ini melanggara tatanan hukun dan kepantasan yang seharusnya dijunjung tinggi para elite apalagi di dunia pendidikan. Alamat miskinnya contoh teladan dari sang elite.

Keputusan Mahkamah Agung tidak menyalahkan timbulnya kecurangan dalam UN, tetapi menunjukkan bahwa UN adalah praktik yang melanggar hak asasi anak, yaitu rasa aman. Seharusnya yang dilakukan Kementerian Pendidikan Nasional bukan mencegah kecurangan dengan mengerahkan polisi dan janji para pejabat, melainkan menghapuskan kecemasan, ketakutan, dan ketidakberdayaan yang tidak hanya dirasakan siswa, tetapi juga guru dan kepala sekolah.

3. Tidak Profesional
Jika kita menanyakan para pakar pendidikan maka sebagian besar dari mereka pasti mengatakan bahwa secara akademik ilmu pendidikan UN yang dilakukan ini tidaklah mengukur sesungguhnya kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki peserta didik (siswa). UN ini sangat rendah tingkatannya untuk mengatakan bahwa bangsa ini telah berhasil menghasilkan insan cerdas yang berakhlak mulia sebagaimana diamanahkan UUD 45. Masih sangat jauh!

Lantas kenapa pemerintah "sok tahu" bahwa UN sangat penting hingga dibela-bela diselenggarakan setiap tahun walau melanggar dan cacat hukum serta tidak didukung secara ilmiah? Jawabannya berpulang kepada "nafsu" penguasa yang sering jauh dari rasionalitas karena cenderung ingin memperoleh hasil instan di dunia pendidikan dengan berharap prosentase kelulusan siswa naik dari tahun ke tahun dan angka minimal kelulusan pun naik dari masa ke masa.

UN dianggap segala-galanya dan segala-galanya perlu UN. Ini pandangan keliru dari sang pemangku kepentingan pendidikan.

Lebih jauh lagi kalau kita tengok UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Pasal 58 Ayat (1) adalah pasal yang mengatur evaluasi hasil belajar peserta didik, bukan "penilaian akhir penyelesaian jenjang pendidikan".

Di sana tertuang, "Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan."

Jadi, kebijakan UN sebagai keputusan Mendiknas tidak mempunyai dasar hukum dan bertentangan dengan keputusan Mahkamah Agung sehingga cacat hukum, melanggar HAM dan tentu tidak profesional karena ditentang secara akedemik ilmu pendidikan.

Hari-hari ini dipertontonkan betapa penyelenggaraan UN telah membuat situasi terasa tegang dan tidak nyaman. Ketegangan, kecemasam menghantui banyak pihak tidak hanya bagi peserta didik (siswa) orang tua, guru dan kepala sekolah tetapi juga Kepala Daerah.

Kenapa demikian? Karena hasil UN juga dianggap sebagai hasil kemajuan daerah di bidang pendidikan. Sehingga UN seolah sebagai suatu gengsi, martabat, prestise daerah di era otonomi sekarang ini.

Jadi, tidak hanya Kepala Sekolah yang terdengar menginstruksikan para guru berupaya maksimal "menghalalkan segala cara" tetapi Kepala Daerah juga ikut "mengatur" kepala sekolah agar sekolahnya berhasil meluluskan sebanyak-banyak siswa.


*oleh: Aries Musnandar

http://www.mediaindonesia.com/citizen_read/1599
READ MORE -

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

ASWAJA; Karakter Tawassuth, Tawazun, I'tidal, dan Tasamuh

Ada tiga ciri utama ajaran Ahlussunnah wal Jamaah atau kita sebut dengan Aswaja yang selalu diajarkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya:

Pertama, at-tawassuth atau sikap tengah-tengah, sedang-sedang, tidak ekstrim kiri ataupun ekstrim kanan. Ini disarikan dari firman Allah SWT:

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطاً لِّتَكُونُواْ شُهَدَاء عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيداً

Dan demikianlah kami jadikan kamu sekalian (umat Islam) umat pertengahan (adil dan pilihan) agar kamu menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan perbuatan) manusia umumnya dan supaya Allah SWT menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan perbuatan) kamu sekalian. (QS al-Baqarah: 143).

Kedua at-tawazun atau seimbang dalam segala hal, terrnasuk dalam penggunaan dalil 'aqli (dalil yang bersumber dari akal pikiran rasional) dan dalil naqli (bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits). Firman Allah SWT:

لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ

Sunguh kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti kebenaran yang nyata dan telah kami turunkan bersama mereka al-kitab dan neraca (penimbang keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. (QS al-Hadid: 25)

Ketiga, al-i'tidal atau tegak lurus. Dalam Al-Qur'an Allah SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُونُواْ قَوَّامِينَ لِلّهِ شُهَدَاء بِالْقِسْطِ وَلاَ يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلاَّ تَعْدِلُواْ اعْدِلُواْ هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُواْ اللّهَ إِنَّ اللّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Wahai orang-orang yang beriman hendaklah kamu sekalian menjadi orang-orang yang tegak membela (kebenaran) karena Allah menjadi saksi (pengukur kebenaran) yang adil. Dan janganlah kebencian kamu pada suatu kaum menjadikan kamu berlaku tidak adil. Berbuat adillah karena keadilan itu lebih mendekatkan pada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, karena sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS al-Maidah: 8)

Selain ketiga prinsip ini, golongan Ahlussunnah wal Jama'ah juga mengamalkan sikap tasamuh atau toleransi. Yakni menghargai perbedaan serta menghormati orang yang memiliki prinsip hidup yang tidak sama. Namun bukan berarti mengakui atau membenarkan keyakinan yang berbeda tersebut dalam meneguhkan apa yang diyakini. Firman Allah SWT:

فَقُولَا لَهُ قَوْلاً لَّيِّناً لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى

Maka berbicaralah kamu berdua (Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS) kepadanya (Fir'aun) dengan kata-kata yang lemah lembut dan mudah-mudahan ia ingat dan takut. (QS. Thaha: 44)

Ayat ini berbicara tentang perintah Allah SWT kepada Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS agar berkata dan bersikap baik kepada Fir'aun. Al-Hafizh Ibnu Katsir (701-774 H/1302-1373 M) ketika menjabarkan ayat ini mengatakan, "Sesungguhnya dakwah Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS kepada Fir'aun adalah menggunakan perkataan yang penuh belas kasih, lembut, mudah dan ramah. Hal itu dilakukan supaya lebih menyentuh hati, lebih dapat diterima dan lebih berfaedah". (Tafsir al-Qur'anil 'Azhim, juz III hal 206).

Dalam tataran praktis, sebagaimana dijelaskan KH Ahmad Shiddiq bahwa prinsip-prinsip ini dapat terwujudkan dalam beberapa hal sebagai berikut: (Lihat Khitthah Nahdliyah, hal 40-44)

1. Akidah.
a. Keseimbangan dalam penggunaan dalil 'aqli dan dalil naqli.
b. Memurnikan akidah dari pengaruh luar Islam.
c. Tidak gampang menilai salah atau menjatuhkan vonis syirik, bid'ah apalagi kafir.

2. Syari'ah
a. Berpegang teguh pada Al-Qur'an dan Hadits dengan menggunanakan metode yang dapat dipertanggung­jawabkan secara ilmiah.
b. Akal baru dapat digunakan pada masalah yang yang tidak ada nash yang je1as (sharih/qotht'i).
c. Dapat menerima perbedaan pendapat dalam menilai masalah yang memiliki dalil yang multi-interpretatif (zhanni).

3. Tashawwuf/ Akhlak
a. Tidak mencegah, bahkan menganjurkan usaha memperdalam penghayatan ajaran Islam, selama menggunakan cara-cara yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum Islam.
b. Mencegah sikap berlebihan (ghuluw) dalam menilai sesuatu.
c. Berpedoman kepada Akhlak yang luhur. Misalnya sikap syaja’ah atau berani (antara penakut dan ngawur atau sembrono), sikap tawadhu' (antara sombong dan rendah diri) dan sikap dermawan (antara kikir dan boros).

4. Pergaulan antar golongan
a. Mengakui watak manusia yang senang berkumpul dan berkelompok berdasarkan unsur pengikatnya masing-masing.
b. Mengembangkan toleransi kepada kelompok yang berbeda.
c. Pergaulan antar golongan harus atas dasar saling menghormati dan menghargai.
d. Bersikap tegas kepada pihak yang nyata-nyata memusuhi agama Islam.

5. Kehidupan bernegara
a. NKRI (Negara Kesatuan Republik Indanesia) harus tetap dipertahankan karena merupakan kesepakatan seluruh komponen bangsa.
b. Selalu taat dan patuh kepada pemerintah dengan semua aturan yang dibuat, selama tidak bertentangan dengan ajaran agama.
c. Tidak melakukan pemberontakan atau kudeta kepada pemerintah yang sah.
d. Kalau terjadi penyimpangan dalam pemerintahan, maka mengingatkannya dengan cara yang baik.

6. Kebudayaan
a. Kebudayaan harus ditempatkan pada kedudukan yang wajar. Dinilai dan diukur dengan norma dan hukum agama.
b. Kebudayaan yang baik dan ridak bertentangan dengan agama dapat diterima, dari manapun datangnya. Sedangkan yang tidak baik harus ditinggal.
c. Dapat menerima budaya baru yang baik dan melestarikan budaya lama yang masih relevan (al-­muhafazhatu 'alal qadimis shalih wal akhdu bil jadidil ashlah).

7. Dakwah
a. Berdakwah bukan untuk menghukum atau memberikan vonis bersalah, tetapi mengajak masyarakat menuju jalan yang diridhai Allah SWT.
b. Berdakwah dilakukan dengan tujuan dan sasaran yang jelas.
c. Dakwah dilakukan dengan petunjuk yang baik dan keterangan yang jelas, disesuaikan dengan kondisi dan keadaan sasaran dakwah.


*Oleh: KH Muhyidin Abdusshomad
Pengasuh Pesantren Nurul Islam, Ketua PCNU Jember
READ MORE -

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

BAHASA GERAM

Bangsa ini sedang terserang virus apa sebenarnya? Apakah hanya karena panas global? Di rumah, di jalanan, di lapangan bola, di gedung dapur, bahkan di tempat-tempat ibadah, kita menyaksikan saja orang yang marah-marah. Tidak hanya laku dan tindakan, ujaran dan kata-kata pun seolah-olah dipilih yang kasar dan menusuk. Seolah-olah di negeri ini tidak lagi ada ruang untuk kesantunan pergaulan. Pers pun –apalagi teve--tampaknya suka dengan berita dan tayangan-tayangan kemarahan.

Lihatlah “bahasa” orang-orang terhormat di forum-forum terhormat itu dan banding-sandingkan dengan tingkah laku umumnya para demonstran di jalanan. Seolah-olah ada “kejumbuhani” pemahaman antara para “pembawa aspirasi” gedongan dan “pembawa aspirasi” jalanan tentang “demokrasi”. Demokrasi yang–setelah euforia reformasi--dipahami sebagai sesuatu tatanan yang mesti bermuatan kekasaran dan kemarahan.

Yang lebih musykil lagi “bahasa kemarahan” ini juga sudah seperti tren pula di kalangan intelektual dan agamawan. Khotbah-khotbah keagamaan, ceramah-ceramah dan makalah-makalah ilmiah dirasa kurang afdol bila tidak disertai dengan dan disarati oleh nada geram dan murka. Seolah-olah tanpa gelegak kemarahan dan tusuk sana tusuk sini bukanlah khotbah dan makalah sejati.

Khususnya di ibu kota dan kota-kota besar lainnya, di hari Jumat, misalnya, Anda akan sangat mudah menyaksikan dan mendengarkan khotbah “ustadz” yang dengan kebencian luar biasa menghujat pihak-pihak tertentu yang tidak sealiran atau sepaham dengannya. Nuansa nafsu atau keangkuhan “Orang Pintar Baru” (OPB) lebih kental terasa dari pada semangat dan ruh nasihat keagamaan dan ishlah.

Kegenitan para ustadz OPB yang umumnya dari perkotaan itu seiiring dengan munculnya banyak buku, majalah, brosur dan selebaran yang “mengajarkan” kegeraman atas nama amar makruf nahi munkar atau atas nama pemurnian syariat Islam. Penulis-penulisnya–yang agaknya juga OPB—di samping silau dengan paham-paham dari luar, boleh jadi juga akibat terlalu tinggi menghargai diri sendiri dan terlalu kagum dengan “pengetahuan baru”-nya. Lalu menganggap apa yang dikemukakannya merupakan pendapatnya dan pendapatnya adalah kebenaran sejati satu-satunya. Pendapat-pendapat lain yang berbeda pasti salah. Dan yang salah pasti jahanam.

Dari bacaan-bacaan, ceramah-ceramah, khotbah-khotbah dan ujaran-ujaran lain yang bernada geram dan menghujat sana-sani tersebut pada gilirannya menjalar-tularkan bahasa tengik itu kemana-mana; termasuk ke media komunikasi internet dan handphone. Lihatlah dan bacalah apa yang ditulis orang di ruang-ruang yang khusus disediakan untuk mengomentari suatu berita atau pendapat di “dunia maya” atau sms-sms yang ditulis oleh anonim itu.

Kita boleh beranalisis bahwa fenomena yang bertentangan dengan slogan “Bangsa Indonesia adalah bangsa yang ramah” tersebut akibat dari berbagai faktor, terutama karena faktor tekanan ekonomi, ketimpangan sosial dan ketertinggalan. Namun, mengingat bahwa mayoritas bangsa ini beragama Islam pengikut Nabi Muhammad SAW, fenomena tersebut tetap saja musykil. Apalagi jika para elit agama yang mengajarkan budi pekerti luhur itu justru ikut menjadi pelopor tren tengik tersebut.

Bagi umat Islam, al-khairu kulluhu fittibaa’ir Rasul SAW, yang terbaik dan paling baik adalah mengikuti jejak dan perilaku panutan agung, Nabi Muhammad SAW. Dan ini merupakan perintah Allah. Semua orang Islam, terutama para pemimpinnya, pastilah tahu semata pribadi, jejak-langkah dan perilaku Nabi mereka.

Nabi Muhammad SAW sebagaimana diperikan sendiri oleh Allah dalam al-Quran, memiliki keluhuran budi yang luar biasa, pekerti yang agung (Q. 68:4). Beliau lemah lembut, tidak kasar dan kaku (Q. 3: 159). Bacalah kesaksian para shahabat dan orang-orang dekat yang mengalami sendiri bergaul dengan Rasulullah SAW. Rata-rata mereka sepakat bahwa Panutan Agung kita itu benar-benar teladan. Pribadi paling mulia; tidak bengis, tidak kaku, tidak kasar, tidak suka mengumpat dan mencaci, tidak menegur dengan cara yang menyakitkan hati, tidak membalas keburukan dengan keburukan, tapi memilih memaafkan. Beliau sendiri menyatakan, seperti ditirukan oleh shahabat Jabir r.a,“InnaLlaaha ta’aala lam yab’atsnii muta’annitan...”, Sesungguhnya Allah tidak mengutusku sebagai utusan yang keras dan kaku, tapi sebagai utusan yang memberi pelajaran dan memudahkan.

Bagi Nabi Muhammad SAW pun, orang yang dinilainya paling mulia bukanlah orang yang paling pandai atau paling fasih bicara (apalagi orang pandai yang terlalu bangga dengan kepandaiannya sehingga merendahkan orang atau orang fasih yang menggunakan kefasihannya untuk melecehkan orang). Bagi Rasulullah SAW orang yang paling mulia ialah orang yang paling mulia akhlaknya. Wallahu a’lam.


Oleh:
KH. Dr. A. Mustofa Bisri
*http://www.gusmus.net/page.php?mod=dinamis&sub=2&id=1162
READ MORE -

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS