RSS

Godaan Utama Penulis dan Blogger

Menjadi penulis itu memang nikmat. Kalau tulisan dan blog yang kita olah itu disajikan nikmat, maka jangan heran kita mendapat banyak sahabat. Lewat hobi menulis dan ngeblog kita bisa menghasilkan buku dan finansial kita pun terangkat. Melalui menulis kita tidak kemana-mana tapi ada dimana-mana. Blogger dan penulispun kadang diundang seminar sana-sini. Menulis juga sarana curhat dan bisa jadi terapi, membuat jiwa kita lebih sehat. Pokoknya menulis itu sungguh bermanfaat.

Hanya ijinkan saya berbagi sisi lain dari seorang penulis dan blogger. Ada beberapa godaan yang perlu kita waspadai. Jangan sampai kita menjadi berkat bagi orang banyak, tapi tidak mengasihi diri kita sendiri. Kita bermanfaat bagi sahabat blog kita, tapi tidak bagi pasangan, anak dan ortu sendiri.

1. Lupa menjaga kesehatan.
Begitu asyiknya ngeblog bisa membuat kurang tidur, minim olahraga dan makan tidak teratur. Karena terlalu asyik lebih banyak waktu di depan komputer. Kadang menjadi restless, sulit istirahat. Ada perasaan tidak nyaman saat tidak ada inspirasi menulis, tapi hati tidak betah kalau tidak menulis. Ada keinginan yang besar update blog, dst. Ada kalanya rasa tidak puas kalau tidak posting tulisan. Jika tubuh kurang tidur, makan tidak teratur ditambah stres bisa-bisa mengganggu kesehatan. Tubuh adalah anugerah yang perlu kita jaga dengan baik.


2. Mengabaikan anak dan pasangan.
Kalau seorang penulis asyik dengan idenya, dia tidak hanya lupa makan dan tidur. Dia bisa abai pada anak dan pasangan. Kadang bisa menghabiskan waktu 2 hingga 5 jam di depan komputer. Untuk menulis, memberi komen, update status, membalas email, dsb. Sementara itu berapa banyak waktu yang diberikan pada anak dan pasangan. Seorang yang hobi menulis atau hanya sekedar chatting bisa begitu “mendengarkan” sahabat FB, di twitter atau sahabat blognya. Tapi ironisnya dia jauh secara emosi dengan istri atau anaknya. Tidak bisa menjadi pendengar yang baik bagi ortunya.


3. Instant mentality.
Maunya instan, ingin cepat jadi penulis atau blogger terkenal. Sayangnya kita membaca buku dan jurnal sangat sedikit tetapi mau menulis banyak. Itu tidak mungkin. Akhirnya ada yang terjebak melakukan plagiat, kutip sana kutip sini tanpa cantumkan sumber asli. Sepertinya karya sendiri. In Sangat berbahaya, kalau ketahuan kita menjadi batu sandungan.


4. Kesombongan.
Kalau kita berhasil, tulisan kita banyak diapresiasi bisa menjebak jadi sombong. Kita merasa hebat. Pujian orang lain atas tulisan bisa membuat lupa bersyukur. Wujud kesombongan lainnya adalah kita takut diremehkan. Kita malu jika tulisan kita ternyata kurang diminati. Bisa juga dalam bentuk kita mudah marah dan kecewa saat dikritik orang lain, dsb.


5. Kecemburuan.
Kadang seorang penulis (blogger) bisa jatuh ke dalam sifat cemburu. Iri hati pada mereka yang tulisannya laku dan dibaca banyak orang. Lalu diam-diam mencari kelemahan atau kesalahan orang lain. Kita mencoba menyatakan kebenaran, tapi sayang dengan motivasi dan cara yang salah. Dengan menyerang, mempermalukan orang lain. Sifat ini sungguh merusak mental kita. Tulisan yang bertanggungjawab adalah membangun, bukan menghancurkan.


6. Sepi dunia nyata vs luber di dunia maya.
Seorang penulis atau blogger terkenal diam-diam bisa juga merasa kesepian. Dia ingin punya teman sebanyak-banyaknya lewat dunia maya, dan berhasil. Namun sayangnya dalam dunia nyata dia tidak cerdas bergaul. Di dunia maya tampak begitu berani dan sangat ramah, di dunia nyata minder, kasar dan penakut. Ini tentu kurang sehat. Keabadian persahabatan dunia maya itu sangat terbatas.


7. Kerohanian yang dangkal.
Jika banyak membaca informasi dan menulis bisa menjadikan kita overload syndrome alas Kelebihan beban. Kita tidak menyeleksi informasi dan acaan yang masuk. Bayangkan, berselancar di dunia maya dan blogging membuat kita luber informasi, belimpah teman. Kita kurang cerdas memilah dan memilih apa yang berguna. Kelebihan beban bisa membuat kita mengabaikan kesehatan spiritual dan kehidupan ibadah kita. Apakah itu secara pribadi, bersama keluarga atau di rumah ibadah. Lama kelamaan spiritualitas kita menjadi dangkal (shallow spirituality).


Semoga kita bisa berjaga-jaga agar tidak terjebak pada godaan-godaan di atas. Semoga bermanfaat, trimakasih sudah mampir dan vote


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 komentar:

eli nurlela andriani mengatakan...

Luar biasa :D

Posting Komentar