Sri Mulyani tidak bisa saingi Christine Lagarde untuk menjadii Direktur IMF. Bayang-bayang kasus bank Century menjadi momok yang melintasi heriditas personalitinya. Meski mantan Menkeu RI ini dinilai memiliki visi bagus untuk merevitalisasi kinerja IMF tapi bak pepatah melayu “Nila Setitik rusak susu sebelanga”
Meski begitu, Christine Lagarde perempuan Prancis yang terpilih duduki jabatan puncak di organisasi internasional itu pada 28 Juni lalu dinilai banyak pemerhati sebagai era globalisasi feminisme. Maklum, selama 66 tahun posisi direktur IMF-lembaga yang beranggotakan lebih dari 180 negara itu- selalu dalam genggaman kaum pria.
Sebelumnya Indonesia berharap jeng Sri ini bernasib bagus menjadi Direktur IMF. Ini penting. Soalnya, IMF adalah lembaga dunia yang bertanggungjawab dalam mengatur sistem finansial global sekaligus penyedia pinjaman kepada negara anggotanya. Andai Jeng Sri duduk di kursi itu maka kesulitan neraca keuangan Indonesia bisa lebih terantispasi.
Tapi lupakan Jeng Sri yang terpuruk di sudut aniomanik. Mari kita simak kesan Christine Lagarde saat diwawancarai untuk menetapkan dirinya terpilih sebagai Direktur IMF. “”Saat saya diwawancara selama tiga jam oleh 24 orang laki-laki, saya pikir baik dimana sesuatu sedang berubah sedikit,” ujarnya kepada para wartawan.
Menurut Christne apa yang diraihnya itu adalah pembenaran dari sebuah pemikiran bahwa wanita memiliki sepasang tonjolan dalam bentuk buah dada juga sepasang lekukan dalam bentuk dua lubang. “Artinya, wanita lebih menonjol sekaligus lebih memiliki pendalaman yang jauh dibandingkan pria,”ungkapnya pada BBC London. Tak aneh bila hal inilah yang membuat ia mampu menyisihkan saingan tunggalnya Gubernur Bank of Mexico Agustin Carstens.
Ibu dua anak itu menggantikan Direktur IMF sebelumnya, Dominique Strauss-Kahn, yang mengundurkan diri. Dominique Strauss-Kahn ditahan di Amerika karena terkait kasus seksual. Walau kemudian dia menyanggah semua tuduhan atas dirinya.
Kekalahan Sri dan kemenangan Christine menjadi pembicaraan hangat di kalangan konglomerat di lingkar luar istana. Ada yang menuding Christine bermain api. Tapi ini ditepis Schwab, pendiri dan eksekutif World Economic Forum .”Christine Lagarde memiliki pengalaman internasional yang luar biasa dan keberhasilan tertinggi di bidang profesi hukum, ditambah dengan masuknya dirinya ke panggung politik, membekalinya sebagai seorang menteri keuangan perempuan yang paling berbakat-reputasi diperkuat oleh nilai-nilai dan keyakinan personal yang kuat. “Kombinasi hati dan profesionalisme membuat dia seorang pemimpin yang luar biasa,” ujar Schwab.
Hal lainnya, dibandingkan Sri ternyata track record Christine memang menakjubkan! Christine Lagarde yang memiliki nama lengkap Christinee Madeleine Odette Lagarde, dilahirkan di Paris pada 1 Januari 1956. Lulus dari Le Havre and Bethesda (Md USA) di Holton Arms School. Kemudian dia memperoleh gelar Master of Arts dan sarjana di bidang Hukum dan Sosial. Meski ia bukan ekonom tapi ia pernah bergabung dengan biro hukum internasional Baker & McKenzie yang berbasis di Chicago. Pada 1995, dia diangkat menjadi anggota Komite Eksekutif biro hukum tersebut. Lantas, pada 1999 menjadi Komite Eksekutif. Terus? Pada 2004 dia menjabat sebagai Chairman of the Global Strategic Committee. Hal yang ajaib justri pada saat dia memimpin Baker & McKenzie. saat itu, pada 2004 dia berhasil meningkatkan pendapatan kotor sebesar 50%, membukukan pendapatan US$ 1.3 miliar.
Ini yang membuat Perdana Menteri Prancis Dominique pada Pada 2005 mendudukan menjadi Menteri Perdagangan. Tidak hanya berhenti di sini di era pemerintahan Nicolas Sarkozy, dia diangkat sebagai Menteri Pertanian, dan kemudian menjadi Menteri Keuangan pada reshuffle kabinet Prancis pada Juni 2007. “Luar biasa! Christine adalah Menteri Keuangan Perempuan Pertama di Prancis!”
Sri wajar kalah, ini dituturklan Harian The New York Times dalam sebuah paragraf paling menyakitkan hati Jeng Sri. Times gambarkan Christine Lagarde sebagai orang terdepan dalam penyelesaian krisis di Junani, Irlandia dan Portugal. “As the finance minister of one of Europe’s most powerful economies, Ms. Lagarde has been at the forefront of efforts to contain the European debt crisis, which has led Greece, then Ireland and Portugal, to seek bailouts to help them pay their huge sovereign debts.”
Sumber: kompasiana