RSS

IBU KITA KARTINI; Dan Tafsir Al-Fatihah

Kisah ini, mungkin tidak banyak terekspos di media atau buku-buku sejarah. Namun terlepas dari keotentikan sejarah dan validitasnya, setidaknya kisah ini menggambarkan bagaimana sudut lain keinginan mulia seorang wanita yang terkungkung oleh budaya bangsanya kala itu, untuk memajukan kaumnya.

R.A. Kartini, semua tahu bagaimana kisah kehidupan beliau. Kesejenakan usianya, 25 tahun, ternyata tidak membuat sejenak pula pengaruh dan pemikirannya. Semakin menjauh, namun semakin dikenang. Sebuah ketulusan akan pemikiran, keikhlasan tanpa pamrih, kemuliaan cita-cita, yang membuat nama ibunda Kartini terus harum sepanjang masa.

Sebagai putra bangsa dan bagian dari negeri ini, aku pribadi merasa sangat bangga mempunyai ibu seagung Kartini.

Emansipasi dalam arti sebenarnya yang tidak melewati batas kodrati penciptaan, kemajuan pendidikan dalam semua sudut kehidupan untuk kaum wanita, dan hak untuk belajar bagi mereka, adalah intisari daripada pemikiran ibu kita kartini.

Dalam salah satu catatan di kumpulan surat berbahasa Belanda tulisan beliau pada Rosa Abendanon, "Door Duisternis tot Licht", beliau memberikan kritikan bahwa kenapa agama ini hanya dilafalkan dan dihafalkan saja tanpa ada kewajiban untuk dipahami? Seharusnya, bagi setiap manusia umumnya, dan muslim khususnya (mengingat beliau ada muslimah) adalah sebuah keharusan memahami agamanya dengan baik.

Terusan dari pada catatan ini, yang memang sepertinya sengaja beliau tindak lanjuti, dan kisah ini yang mungkin tidak banyak kita dengar, adalah bahwa kemudian beliau menulis sepucuk surat kepada Kyai Sholeh Darat, Semarang, dan memintanya secara khusus untuk menerjemahkan dan menafsirkan surat al-Fatihah. Surat terpenting yang dibaca 17x dalam sehari, setidaknya.

Bagaimana antusias dan kehausan beliau untuk mengerti tentang agamanya, dan pada titik yang paling krusial, sholat. Bisa kita rasakan bagaimana dengan penuh semangat beliau ingin mengerti dan memahami serta merasakan indahnya al-Fatihah. Tentu saja Kyai Sholeh Darat menjawab keinginan mulia itu dengan menuliskan terjemah Al-Fatihah serta beberapa surat yang lain. Di kisah yang lain, aku dengar bahwa kemudian Kyai Sholeh Darat, menerjemahkan al-Qur'an dalam bahasa jawa secara lengkap atas permintaan Ibunda Kartini juga! Sebagai sebuah persembahan khusus kepada wanita mulia ini.

ketidaksanggupan beliau keluar untuk belajar karena menjalankan adat kaum ningrat, sekat budaya, tidak menghalanginya untuk belajar, untuk mencari ilmu apapun, dan itu terekam jelas dalam biografi beliau.

Catatan khusus dibalik keinginan pribadi ibu kita Kartini, sekaligus keinginan beliau untuk kaumnya di antaranya adalah bahwa pelajarilah agamamu dengan baik, sehingga kita bisa terhindar dari dosa, sebagaimana lanjutan surat beliau.

Bukan berarti kita harus mendalami secara khusus ilmu-ilmu agama, itu adalah tugas khusus bagi yang mempersiapkan diri sejak awal untuk mendalaminya. Tetapi pahami apa yang diwajibkan agamamu dan apa yang dilarang, ketahui dengan baik apa yang boleh kita kerjakan dan apa yang harus dihindari sebagaimana petunjuk agama. Dalam istilah syariat, memahami "Maa Lana wa Maa Alaina".

Teringat petuah pendek orang tuaku, bahwa kita ini tidak dituntut menjadi ahli agama, tetapi kita semua dituntut untuk menjadi agamawan. Adapun ahli agama, didalami oleh orang-orang tertentu, tidak semua orang, sebagaimana perintah dalam QS. Attaubah : 122.

Sedangkan maksud menjadi agamawan, yakni kita tahu secara umum mana yang halal, mana yang haram, mana yang wajib dilaksanakan, dan mana yang harus ditinggalkan.

Hal yang sebenarnya memang dipesankan secara tersirat oleh Ibu kita Kartini dalam catatan beliau, dan aku yakin beliau menulisnya dengan sangat sadar sekali bahwa beliau bukan dari kalangan pesantren namun tetap ingin tahu apa yang diharuskan agamanya baginya, karena agama bukan monopoli pesantren. Sebuah emansipasi dari sudut lain.

Pada akhirnya, tidak ada kata tidak bisa atau malu untuk mempelajari agama. Tekuni, perdalami, bidang kalian masing-masing, namun untuk memahami agama secara umum yang merupakan bagian dominan dalam kehidupan, bahkan naluri, adalah sebuah keharusan yang tidak bisa dihindari setiap orang. Karena agama pada dasarnya (khususnya Islam) tidak sekedar indoktrinasi dan dogma saja, tetapi memberikan kesempatan pada rasio juga untuk andil dalam penerimaannya dengan penuh keimanan dalam jiwa.

Semoga Allah merahmati selalu Ibunda Kita Kartini, mengharumkan selalu namanya, dan kesemangatan serta impiannya terus memberikan motivasi dan inspirasi terhadap seluruh putri dan putra bangsa ini, ila an yaritsallahul Ardha wa maa alaiha ...


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar